Wednesday, 18 June 2014

IDENTITAS MAHASISWA


Pada hakikatnya, setiap individu maupun kelompok memiliki indentitasnya masing-masing. Sebagai mahasiswa, identitas tersebut bukan hanya harus dimiliki dan dipahami, tetapi juga merupakan suatu tanggung jawab yang harus diemban karena terteranya predikat “maha” di depan siswa dan tentunya hutang mahasiswa pada rakyat dan negara. Terdapat tiga poin utama identitas mahasiswa, yakni potensi, posisi dan peran.



Pertama, potensi mahasiswa. Mahasiswa memiliki tiga potensi yang utama, yakni hardskill atau kemampuan yang biasanya sesuai dengan bidang keilmuannya. Potensi yang kedua ialah softskill, yang dimaksud dengan softskill adalah kemampuan dalam hubungan interpersonal atau dalam komunikasi. Ketiga, idealisme. Yang dimaksud dengan idealisme adalah suatu nilai atau pegangan yang dijaga karena dianggap benar. Idealisme merupakan ciri khas mahasiswa, dan mahasiswa harus memegang kebenaran berdasarkan ilmiah yakni hal-hal yang berupa fakta, didasari oleh data, serta memiliki bukti dan dapat diargumenkan. Idealisme merupakan salah satu yang terpenting, walaupun hardskill dan softskill juga tidak kalah pentingnya. Sebagai contoh, dapat dilihat bahwa para koruptor tidak memiliki idealisme yang baik akan membawa hasil akhir yang tidak baik, padahal mereka memiliki hardskill dan softskill yang baik. Softskill dan hardskill dapat disalahgunakan, oleh karena itu diperlukan adanya idealisme yang dapat mengarahkan 2 hal tersebut. Ketiga potensi diatas harus digali dan dikembangkan melalui organisasi dan kegiatan-kegiatan positif seperti bakti masyarakat.




Kedua, posisi mahasiswa. Posisi mahasiswa di lapisan masyarakat merupakan masyarakat sipil. Di dalam masyarakat sipil, terpadat beberapa golongan dan diantaranya mahasiswa tergolong dalam masyarakat sipil akademia, bersama dosen dan peneliti. Masih banyak dari kalangan mahasiswa yang kurang paham bahwa kita semua termasuk ke dalam masyarakat sipil kalangan akademia. Kalangan akademia seharusnya mengedepankan fakta dibanding opini seperti ketika mengajukan pendapat, harus disertai fakta-fakta yang ada, akan lebih baik untuk melakukan studi kasus terlebih dahulu daripada mempercayai begitu saja omongan orang lain yang semata-mata berupa opini. Sebagai akademia, mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah dan mencari solusinya. Dengan mengetahui posisi kita sebagai mahasiswa, berarti kita mengetahui batasan-batasan tindakan yang dapat kita lakukan dan memaksimalkannya, serta dapat menempatkan diri sesuai lingkungan yang dihadapi.




Identitas mahasiswa yang ketiga yakni peran mahasiswa sebagai iron stock atau generasi penerus dan dapat terjun ke masysrakat. Sebagai generasi penerus, mahasiswa akan mengisi posisi para pemimpin bangsa dan harus mendidik adik-adiknya agar menjadi generasi penerus yang lebih baik. Untuk dapat menjalankan perannya dalam terjun ke masyarakat, mahasiswa harus mengenal potensi dan posisi yang dimilikinya. Saat akan melakukan bakti masyarakat, mahasiswa harus menganalisis masalah di suatu lingkup masyarakat dan memberi potensi yang ia miliki untuk membantu menyelesaikannya. Selain itu, follow-up dan sustaining kegiatan bakti masyarakat juga wajib dilakukan agar manfaatnya maksimal.




Mahasiswa khususnya mahasiswa ITB dinilai kurang aktif dan berbaur ke masyarakat sekitarnya, kebanyakan aksi terjun masyarakat termasuk jarang dan kurang maksimal. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa pada umumnya seperti pengabdian masyarakat akan jauh lebih efektif apabila dilakukan lebih menyeluruh sampai ke dasar-dasarnya, yakni menyelesaikan masalah dan kebutuhan masyarakat atau dalam ungkapan peribahasa "jangan memberi ikan, tetapi berikanlah mata kailnya”. Dalam terjun ke masyarakat dan merealisasikan peran, kita perlu menghargai setiap ide yang ada walaupun sepele asal memberikan manfaat, dan membuat ide tersebut menjadi kenyataan melalui organisasi atau kegiatan-kegiatan.

Contoh nyata mahasiswa dalam perannya untuk terjun ke masyarakat :
1. Baksos dan pengajaran sains kepada anak-anak SD di daerah sangkuriang secara kontinu, beberapa kali setahun
2. Berdasarkan ilmu fisika, membangun plta dari konsep ggl induksi di desa yang belum memiliki sumber listrik permanen

3. Penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan dan banyaknya beasiswa yang tersedia sekarang untuk membangkitkan minat orangtua dan calon mahasiswa yang potensial