Saturday, 21 June 2014
STUDI TOKOH - Jero Wacik Semasa Kuliah
Jero Wacik adalah pria kelahiran Singaraja, Bali 65 tahun silam yang kini menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sejak tahun 2011. Sebelumnya, beliau diangkat menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia pada tahun 2004. Sebagai pemimpin kementrian negara, pastinya kualitas diri beliau sudah tidak diragukan lagi, hal ini terlihat sejak ia masih muda.
Terinspirasi oleh Soekarno yang mengunjungi sekolahnya sewaktu Jero Wacik masih SD, ia bercita-cita untuk kuliah di tempat yang sama seperti Bung Karno, yakni ITB. Prestasinya semasa SMA mengantarkan Jero Wacik ke jurusan teknik mesin, yang pada waktu itu merupakan jurusan paling favorit dan dikenal paling sulit seleksi masuknya. Masuk ITB tahun 1970, Jero Wacik muda diperhadapkan dengan masalah biaya kuliah dan biaya hidup, namun ia tak patah semangat. Beliau memutar otak untuk berpikir bagaimana caranya mendapatkan uang guna membiayai kuliah dan hidupnya sehari-hari di kota Bandung. Akhirnya bermacam cara dilakukan demi mendapat uang, bahkan ia pernah menjadi kernek bus jurusan Bandung-Sukabumi-Garut. Belum setahun kuliah, beliau mulai bekerja sambilan mengajar anak-anak SMA pelajaran fisika dan matematika, yang merupakan bidang yang sangat dikuasainya . Dari mengajar inilah, Jero Wacik dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan bahkan bertemu murid les yang cantik, Triesna, yang kini menjadi istrinya.
Selama kuliah di ITB, pada umumnya para mahasiswa dari Bali tinggal mengumpul dalam satu asrama Bali, namun Jero Wacik memilih hanya dua minggu saja tinggal di asrama Bali. Selanjutnya, ia memutuskan pindah tinggal di tengah perkampungan, mengontrak rumah kecil tak jauh dari kampus ITB, agar dapat berbaur dengan masyarakat setempat.
Di lain waktu kuliah dan mengajarnya yang padat, beliau juga aktif di organisasi kampus. Jero Wacik pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Mesin tahun 1973 serta menjadi Ketua Kesenian Bali di Bandung. Walau sibuk di organisasi, prestasi akademik Jero Wacik pun cukup cemerlang, beliau tercatat sebagai mahasiswa ITB yang lulus tercepat dan berkat nilai-nilai akademik serta pengalaman organisasinya, langsung diterima bekerja di Astra tahun 1974. Jero Wacik meniti karir secara sungguh-sungguh puluhan tahun hingga beliau mapan secara ekonomi lalu memutuskan untuk masuk ke ranah pemerintahan yang diawali dengan menjadi kader partai.
Kritik dan Saran
Dari masa lalunya, terlihat jelas bahwa beliau merupakan perkerja keras dan orang yang memiliki kemauan besar untuk menggapai cita-citanya. Dalam bertahan hidup di kota Bandung, Jero Wacik memanfaatkan potensinya yakni hardskill dan softskill untuk bekerja sambilan. Tak berhenti disitu, ia juga melakukan perannya untuk terjun ke masyarakat dengan lebih memilih untuk tinggal dan berbaur dengan masyarakat setempat dibanding tinggal di asrama Bali. Keaktifannya di organisasi mengembangkan potensinya sebagai mahasiswa sehingga Jero Wacik fasih dalam memimpin dan berpikir kreatif. Sayangnya, tidak terlalu diketahui apakah semasa beliau menjadi ketua himpunan, beliau menginisiasi pergerakan-pergerakan mahasiswa yang bermanfaat. Namun, setelah lulus dari ITB, beliau sering sharing dengan adik-adik angkatannya tentang pengalamannya sehingga generasi penerusnya menjadi terdidik dan dapat menjadi lebih baik lagi.