Lapisan Bumi
yang terdiri dari litosfer, hidrosfer, kriosfer, biosfer, dan humanosfer sedang
dan akan terkena dampak dari perubahan iklim (pemanasan global). Litosfer
adalah bagian terluar Bumi yang bersifat padat (karena sebagian besar tersusun
oleh batuan). Kriosfer hanya mencakup air dalam bentuk es yang ada di Bumi,
sedangkan keseluruhan air di Bumi yang bukan es termasuk dalam hidrosfer.
Bagian dari Bumi yang ditinggali dan dipengaruhi oleh manusia disebut
humanosfer, sedangkan biosfer berlaku bagi keseluruhan makhluk hidup di Bumi.
Dampak perubahan iklim pada litosfer, hidrosfer, dan kriosfer saling berkaitan
satu sama lain.
Dalam skala
global, perubahan iklim akan mengurangi total massa es (kriosfer) yang berada
di atas litosfer, terutama di atas kerak benua. Akibatnya, terjadi perubahan
kesetimbangan isostasi pada lempeng benua. Secara perlahan, lempeng benua akan
mengalami pengangkatan. Pada skala ruang yang lebih kecil (lokal atau
regional), perubahan iklim lebih cenderung berdampak negatif pada litosfer.
Dampak yang paling mudah terdeteksi adalah tanah menjadi lebih kering karena
tingkat penguapan yang meningkat. Beberapa dampak lain yang lebih sulit
terlihat antara lain: erosi glasial berkurang, pelapukan mekanik oleh es
berkurang, meningkatnya erosi oleh air yang mengalir, dan meningkatnya
pengendapan sedimen.
Kesetimbangan
neraca air secara umum akan terganggu dengan adanya perubahan iklim. Gangguan
tersebut dimulai dari adanya peningkatan evapotranspirasi yang menyebabkan
peningkatan kandungan uap air di atmosfer. Akibatnya, curah hujan pun akan
meningkat. Curah hujan yang meningkat akan memperbesar potensi terjadinya banjir
dan tanah longsor. Suhu udara tahunan global yang meningkat akan mengurangi
jumlah salju yang turun saat musim dingin dan meningkatkan pencairan es di
kutub. Dengan demikian, luas permukaan kriosfer pun akan mengecil, ketinggian
muka air laut rata-rata akan meningkat, dan lautan akan meluas secara perlahan.
Perluasan lautan akan memperparah intrusi air laut pada air tanah yang
berdekatan dengan pantai.
Hingga saat
ini, telah ditemukan beberapa bukti mengenai dampak perubahan iklim terhadap
flora dan fauna. Bukti yang paling nyata adalah perubahan persebaran wilayah
hidup beberapa spesies serta kepunahan beberapa spesies flora dan fauna karena
tidak dapat beradaptasi dengan perubahan iklim. Contoh dampak lain pada flora
dan fauna akibat perubahan iklim adalah periode hibernasi yang lebih pendek
bagi mamalia, perubahan migrasi burung, dan jangka waktu hidup tahunan yang
lebih lama bagi tumbuhan.
Dari segi
humanosfer, banyak sekali dampak yang muncul akibat perubahan iklim.
Dampak-dampak tersebut dapat dibagi menjadi beberapa sektor, antara lain
kesehatan, lingkungan, migrasi penduduk, keamanan, sosial, energi, dan
transportasi. Berkurangnya kesehatan rata-rata penduduk dunia sebagai dampak
perubahan iklim dapat terjadi karena meningkatnya penyebaran penyakit, semakin
ekstremnya cuaca dan iklim, meningkatnya polusi udara, dan berkurangnya
produktivitas pertanian. Pada sektor lingkungan, perubahan iklim dapat
mengurangi jumlah cadangan air bersih di dunia. Berkurangnya cadangan air
bersih ini bisa terjadi karena meningkatnya polusi air tanah, intrusi air laut,
dan kekeringan. Meningkatnya ketinggian muka air laut dan desertifikasi akan
membuat banyak penduduk terus bermigrasi ke wilayah lain. Perubahan iklim
secara tidak langsung juga dapat meningkatkan kriminalitas karena semakin
banyaknya konflik sosial yang terjadi antar sesama manusia. Sumber konflik
sosial tersebut antara lain kemiskinan, kelaparan, dan penyakit. Di sektor
energi, perubahan iklim mengurangi suplai listrik secara tidak langsung melalui
berkurangnya dan/atau bertambahnya curah hujan secara signfikan serta rusaknya
infrastruktur pembangkit listrik akibat bencana alam seperti banjir yang
semakin sering terjadi.