Sampah yang dibuang
ke lingkungan menimbulkan dampak bagi manusia dan lingkungan. Dampak terhadap manusia
terutama menurunnya tingkat kesehatan. Disamping itu, sampah juga mengurangi
estetika, menimbulkan bau tidak sedap. Sampah juga berdampak terhadap
lingkungan, baik ekosistem perairan maupun ekosistem darat.
1. Dampak sampah
terhadap ekosistem perairan
Sampah yang dibuang
dari berbagai sumber dapat dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Pada
satu sisi sampah organik dapat menjadi makanan bagi ikan dan makhluk hidup
lainnya, tetapi pada sisi lain juga dapat sampah juga dapat mengurangi kadar oksigen
dalam lingkungan perairan. Sampah anorganik dapat mengurangi sinar matahari
yang masuk ke dalam lingkungan perairan. Akibatnya, proses esensial dalam
ekosistem seperti fotosintesis menjadi terganggu.
Sampah organik maupun
anorganik juga membuat air menjadi keruh. Kondisi ini akan mengurangi organisma
yang dapat hidup dalam kondisi tersebut. Akibatnya populasi hewan maupun
tumbuhan tertentu berkurang
Cairan rembesan
sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai
organisma termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal
ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah
yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik,
seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi
dapat meledak.
2. Dampak sampah
terhadap ekosistem daratan
Sampah yang dibuang
ke dalam ekosistem darat dapat mengundang organisma tertentu untuk datang dan
berkembangbiak. Organisma yang biasanya memanfaatkan sampah, terutama sampah
organik, adalah tikus, lalat, kecoa dan lain-lain. Populasi hewan tersebut
dapat meningkat tajam karena musuh alami mereka tidak sudang sangat jarang.
3. Dampak sampah
terhadap kesehatan
Lokasi dan
pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisma dan menarik
bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan
penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan diantaranya penyakit
diare, kolera, tifus. Penyakit demam berdarah (haemorhagic
fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur
kulit).
Saat
ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah
diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus
menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini tidak ada atau
menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak
akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain:
penyakit-penyakit akan menyebar secara menjadi-jadi, cuaca tidak menentu,
pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena akan mencairnya es yang
ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu masa
kehancurannya saja. Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi
masalah ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah
ini sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak
ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah yang telah santer
belakangan ini.
Sebelumnya
orang menduga masalah lingkungan global lebih banyak dipengaruhi faktor alam,
seperti iklim, yang mencakup temperatur, curah hujan, kelembaban, tekanan udara
dll. Kebanyakan masalah lingkungan sekarang ini disebabkan oleh kegiatan sosial
ekonomi manusia. Memburuknya lingkungan
akibat kegiatan itu berpengaruh terhadap bumi secara keseluruhan baik pada masa
sekarang maupun pada masa yang akan datang. Peningkatan emisi CO2 yang
menyertai konsumsi bahan bakar fosil dan pemanasan global berakibat pada
memburuknya kualitas air, meningkatnya limbah akibat perubahan gaya hidup, dan
lain-lain.
Sekarang
ini, pemanasan global merupakan masalah yang paling menarik perhatian di antara
masalah lingkungan yang menyebabkan peningkatan suhu, perubahan iklim,
meningkatnya permukaan air laut, dan perubahan ekologi yang memberikan pengaruh
besar kepada dasar eksistensi manusia. Selain itu, masalah kerusakan lapisan
ozon, hujan asam, oksidan fotokimia, dan lain-lain memberikan pengaruh kepada
kesehatan dan lingkungan, bukan hanya masalah lingkungan udara, tetapi juga
masalah lingkungan air dan tanah yang berada dalam kondisi yang tidak dapat
diabaikan.
Salah
satu masalah lingkungan adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan sosial
ekonomi saat ini, berupa produksi skala besar, konsumsi skala besar, limbah
skala besar, dan dari limbah kemudian timbul masalah pada bumi berupa
perpindahan limbah beracun dari negara maju ke negara berkembang.
Masalah
lingkungan dapat berakibat pada rusaknya lingkungan alam yang berharga seperti
hutan, sungai, pantai dan lain-lain, selain dapat merusak keragaman hayati yang
sangat penting untuk manusia. Karena itu perlu upaya yang terkoordinasi secara
internasional untuk menghadapi masalah ini.
Pemanasan Global – Perubahan
Iklim
Saat
ini masalah lingkungan yang paling menarik perhatian adalah pemanasan global.
Bumi menerima energi yang dipancarkan oleh matahari dan menjadi hangat, dan
menjadi dingin karena melepaskan energi ke ruang angkasa. Apabila energi berada
dalam keseimbangan maka suhu bumi juga akan tetap dan stabil. Tetapi jika
konsentrasi gas di udara (gas rumah kaca) yang berfungsi mencegah lepasnya
energi ke ruang angkasa meningkat, maka terjadilah ketidakseimbangan dan suhu
permukaan bumi akan meningkat. Peningkatan suhu ini menyebabkan perubahan iklim
dan meningkatnya permukaan air laut. Perubahan tersebut memberikan efek yang
besar pada dasar eksistensi manusia seperti misalnya ekologi. Inilah yang
disebut masalah pemanasan global. IPCC dengan WMO sebagai forum diskusi tingkat
pemerintah mengenai masalah pemanasan global bersama United Nations
Environmental Programs (UNEP) melaporkan bahwa 64% di antara gas rumah kaca
adalah CO2. Oleh karena sekitar 80% jumlah CO2 yang dihasilkan berasal dari
konsumsi bahan bakar fosil, maka pengurangan CO2 menjadi topik yang penting.
Sudah terlihat bahwa pemanasan global berakibat pada meningkatnya konsentrasi
gas rumah kaca meningkatnya suhu rata-rata bumi dan meningkatnya permukaan air
laut. IPCC dalam laporan keduanya berdasarkan data pada tahun 1995, mengakui
bahwa pemanasan global telah terjadi akibat dari efek artifisial karena
meningkatnya emisi gas rumah kaca sejak terjadinya revolusi industri. Berikut
ini dapat dilihat pengaruh pemanasan tersebut berdasarkan laporan ke-2 IPCC.
1) Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca
Konsentrasi
gas rumah kaca di udara konstan pada masa sebelum revolusi industri di
pertengahan tahun 1700-an, kemudian meningkat sesudah revolusi industri, dan
meningkat sangat pesat pada akhir-akhir ini. Menurut IPCC, konsentrasi CO2 pada
masa sebelum revolusi industri sebesar 280 ppmv menjadi 358 ppmv pada tahun
1994 (ppmv = satu per sejuta bagian, perbandingan volume). Penyebabnya adalah
sebagian besar sebagai akibat dari aktivitas manusia yang sebagian besar adalah
karena pemanfaatan bahan bakar fosil, perubahan pola penggunaan tanah dan
pertanian.
2) Perubahan iklim dan peningkatan permukaan
air laut
Peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca akan meningkatkan suhu rata-rata bumi, dan
peningkatan suhu udara membuat permukaan air laut meningkat melalui pemuaian
air laut, pelelehan es di kutub atau di gunung tinggi. Sejak memasuki abad ini,
dari data diketahui jumlah gunung es semakin berkurang, dan terlihat adanya
perubahan yang dapat menjadi masalah serius seperti gejala suhu tinggi ekstrim,
meningkatnya kemungkinan banjir dan kekeringan. Menurut IPCC, suhu bumi
rata-rata meningkat 0,3 – 0,6 oC sejak akhir abad 19 dan permukaan air laut
meningkat 10 – 25 cm selama 100 tahun terakhir. Diperkirakan pada tahun 2100
suhu udara rata-rata seluruh bumi meningkat 2 oC dibanding tahun 1990,
permukaan air laut akan naik 50 cm, dan sesudah tahun itupun suhu akan terus
meningkat. Selain itu, walaupun misalnya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca
dapat dihentikan sampai akhir abad 21, diperkirakan bahwa peningkatan suhu dan
meningginya air laut akan terus berlanjut.
Peningkatan
permukaan air laut dan iklim yang menjadi ekstrim menimbulkan kekhawatiran
meningkatnya banjir dan gelombang pasang di daerah pantai. Misalnya permukaan
air laut meningkat 50 cm, jika tidak dilakukan tindakan pencegahan maka
populasi dunia yang rentan terhadap gelombang pasang diperkirakan akan
meningkat dari jumlah saat ini 46 juta orang menjadi 92 juta orang.
3) Hujan asam
Hujan
asam adalah air hujan, embun dan salju yang memiliki tingkat keasaman tinggi
(pH rendah) akibat terlarutnya asam sulfat dan asam nitrat. Ini disebabkan terutama
karena emisi SOx dan NOx dari pembakaran bahan bakar fosil ke udara. Akibat
hujan asam ini air di atas bumi seperti air danau dan air sungai menjadi asam,
dan ini akan memberikan pengaruh kepada pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya
alam, memberikan pengaruh kepada berbagai jenis ikan, memberikan pengaruh
kepada hutan karena tanah menjadi asam, juga secara langsung menempel pada
bangunan kayu atau warisan budaya yang menyebabkan rusaknya bangunan tersebut.
Jadi, rentang pengaruhnya luas. Hujan asam bisa mencapai wilayah 500 – 1000 km
dari sumber lepasan materi penyebab hujan asam, dan karena itu salah satu
karakteristiknya adalah bahwa gejala ini melingkupi wilayah yang luas,
melampaui batas-batas negara.