Perubahan
SST selama Beberapa Dekade Terakhir
SST (Sea Surface Temperature) atau suhu
permukaan laut ternyata mengalami perubahan di setiap dekade. Terlihat pada
grafik di samping yang menunjukkan perubahan rata-rata SST dari tahun 1880 – 2012. Arsiran berwarna
abu-abu pada grafik ini menunjukkan rentang ketidakpastian data. Dari grafik
ini, terlihat bahwa SST menunjukkan peningkatan pada tahun 1910 – 1940 dan dari
pertengahan tahun 1970-an hingga saat ini. Lalu, sejak pertengahan tahun
1990-an, nilai SST mulai konstan berada di atas rata-rata SST tahun 1971 –
2000.
(Sumber : NOAA, 2013)
Hubungan
Perubahan SST dengan Siklon dan Perubahan Iklim
Sumber
energi siklon tropis berasal dari air laut yang hangat (SST ≥ 26,50C).
Semakin tinggi nilai SST, semakin banyak energi yang tersedia untuk membentuk
siklon tropis. Studi pemodelan oleh Emanuel (1987) mengindikasikan bahwa
semakin hangat air laut (yang diproyeksikan di bawah kondisi peningkatan
konsentrasi CO2), intensitas hurricane/siklon tropis akan meningkat
dan hurricane akan berpotensi merambah ke wilayah yang lintang geografisnya
lebih tinggi. Evans (1993) menemukan bahwa SST merupakan parameter yang kurang
memadai untuk memprediksi intensitas hurricane. Alasannya adalah hurricane
terkuat sering tidak berasosiasi dengan SST tertinggi. Hal ini juga didukung
oleh data pada tabel di bawah ini. Dari tabel ini, terlihat bahwa hurricane
kuat (berkategori 3, 4, atau 5 menurut Skala Saffir-Simpson) paling banyak
terjadi saat SST berkisar antara 28,0 – 28,90C. Pada rentang SST ≥
29,00C justru terjadi penurunan frekuensi kejadian hurricane kuat.
Tabel Pengelompokkan SST dengan Kejadian Hurricane di
Atlantik Utara dari tahun 1982 – 2003
(Sumber: Michaels, Knappenberger, Davis (Virginia, USA)
SST biasanya
bervariasi terhadap lintang geografis. SST paling tinggi umumnya ditemukan di
dekat ekuator, sedangkan SST paling rendah di kutub. Jika lautan menyerap lebih
banyak panas, SST akan meningkat dan terjadi perubahan pola sirkulasi lautan.
Karena lautan berinteraksi secara terus menerus dengan atmosfer, SST juga dapat
mempengaruhi iklim global. Begitu juga sebaliknya, suhu rata-rata atmosfer juga
mempengaruhi SST.
Dengan melihat
grafik SST dan grafik suhu rata-rata global, dapat disimpulkan bahwa
peningkatan SST sebanding dengan peningkatan suhu rata-rata global. Adanya perubahan
iklim (dalam konteks ini adalah pemanasan global) menyebabkan terjadinya
peningkatan SST. Nilai SST yang meningkat dapat menyebabkan daya serap lautan
terhadap gas CO2 berkurang. Apalagi jika ditambah dengan emisi CO2
dari aktivitas manusia (pembakaran bahan bakar fosil, aktivitas pabrik, dll).
Dengan demikian, peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer akan
semakin sulit dihindari dan berpotensi meningkatkan laju pemanasan global.
(Sumber: IPCC AR4, 2007)