“Apocalypse?
No!” yang merupakan film dokumenter dengan Christopher Monckton sebagai
pembicaranya, menjelaskan secara ilmiah bahwa pemanasan global bukanlah sesuatu
yang dapat menyebabkan krisis global. Monckton menyatakan bahwa ia akan
menyampaikan sesuatu yang mungkin belum pernah terdengar sebelumnya (dari para
politisi, media massa, jurnal ilmiah, dll) tentang perubahan iklim (karena beda
perspektif). Meskipun Monckton ingin menyampaikan bahwa pemanasan global
bukanlah krisis global, ia tetap tidak menyetujui adanya eksploitasi alam
secara berlebihan yang dapat merusak lingkungan. Monckton tetap setuju dengan
adanya peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer beberapa dekade
terakhir yang disebabkan oleh manusia, namun mempertanyakan apakah peningkatan
tersebut berbahaya bagi Bumi, manusia, dan lingkungannya.
Monckton
mengutip pernyataan Sir John Houghton (salah satu petinggi IPCC) pada tahun
2007 yang isinya “Tidak ada orang yang akan mendengar (peduli) dengan sains,
kecuali jika kita mengumumkan bencana”. Ada juga 3 pernyataan yang dikeluarkan
oleh IPCC pada tahun 1995 tentang perubahan iklim, yaitu:
(1) Belum ada
studi yang menunjukkan bukti jelas bahwa manusia dapat berkontribusi pada
perubahan iklim yang teramati melalui peningkatan konsentrasi gas rumah kaca
(2) Tidak ada
studi yang mengaitkan secara positif antara perubahan iklim yang teramati
dengan sebab antropogenik
(3) Klaim apapun
mengenai deteksi positif tentang perubahan iklim yang signifikan masih
merupakan kontroversi sampai ketidakpastian di dalam variabilitas alam sistem
iklim dapat dikurangi. Namun, pengaruh dari para politisi membuat IPCC menulis
ulang ketiga pernyataan tadi menjadi satu pernyataan yang lebih singkat dan
maknanya terbalik, yaitu “Keseimbangan bukti yang ada menyatakan bahwa terdapat
pengaruh manusia yang terlihat pada perubahan iklim”.
Kemudian,
muncul opini dalam benak Monckton bahwa kemungkinan IPCC bekerja pada suatu
kasus (dalam konteks ini adalah perubahan iklim) dengan semangat politik
terlepas dari fakta ilmiahnya. Pernyataan Chris Landsea selaras dengan opini
Monckton tersebut. Untuk menarik perhatian publik, IPCC menyatakan bahwa salah
satu dampak pemanasan global adalah pencairan es di Greenland. Ternyata, ada
kesalahan pada salah satu dokumen IPCC yang isinya tentang laju peningkatan
ketinggian muka laut akibat pencairan es. Ada sebuah jurnal ilmiah yang di satu
sisi menyatakan bahwa pemanasan global dapat bersifat katastrofik
(memusnahkan), namun di sisi lain juga menyatakan bahwa suhu rata-rata global
yang meningkat sejak akhir abad ke-19 tidak berarti bahwa efek antropogenik
pada sistem iklim telah teridentifikasi. Pada tahun 1988, Hansen memberikan
prediksi suhu rata-rata global di masa mendatang (setelah tahun 1988) jika
penambahan CO2 ke atmosfer tidak dikurangi. Kenyataannya, tetap
terjadi kenaikan suhu rata-rata global, namun dengan laju yang jauh lebih
rendah daripada yang diprediksi oleh Hansen.
Laporan
IPCC pada tahun 1990 menyatakan bahwa ada periode hangat Medieval (Medieval
Warm Period) MWP) dari abad ke-11 sampai ke-14. Saat MWP dulu, suhu rata-rata
global melebihi saat ini sehingga bangsa Viking pun dulu bisa melakukan
pertanian di Greenland yang saat ini membeku. Setelah MWP, terjadi zaman es
kecil, lalu diikuti tren penghangatan hingga masa kini. Namun, laporan IPCC
pada tahun 2001 justru tidak menyatakan adanya MWP pada abad ke-11 sampai
ke-14. Perbedaan laporan antara tahun 1990 dan 2001 tersebut muncul karena pada
laporan tahun 2001, program di komputer milik IPCC diset sedemikian sehingga
pada grafik terlihat peningkatan suhu rata-rata global. Padahal, beberapa
penelitian (dari lubang bor, studi isotop di Pegunungan Alpen, sedimen dari
dasar danau di Antarktika dan Cina, foraminifera di Laut Arab, dll) menunjukkan
adanya MWP pada abad ke-11 sampai ke-14. Karena dulu ada MWP (dengan suhu
rata-rata global 3 derajat celcius lebih tinggi dari saat ini), dapat
disimpulkan bahwa suhu rata-rata global saat ini tidaklah luar biasa, alamlah
yang menyebabkan adanya MWP, tidak ada bencana iklim selama MWP, dan
kemungkinan alam yang sebagian besar menyebabkan penghangatan di masa kini.
“Alam” yang dimaksud di sini adalah Matahari.
Level
aktivitas Matahari pada 70 tahun terakhir ini dapat dikatakan luar biasa. Waktu
di masa lampau yang juga sempat mengalami aktivitas Matahari setinggi sekarang
ini adalah 8.000 tahun yang lalu. Antara data konsentrasi CO2 dengan
suhu rata-rata global untuk tahun 1880 – 1980 tidak sinkron. Di saat
konsentrasi CO2 terus meningkat secara logaritmik, suhu rata-rata
global malah berfluktuasi (naik dan turun) meskipun trennya meningkat. Jika memang
peningkatan konsentrasi CO2 dapat meningkatkan suhu rata-rata
global, maka seharusnya suhu rata-rata global pada tahun 1880 – 1980 juga naik
secara terus menerus (tidak berfluktuasi). Pada tahun 1700 – 2000, terlihat
grafik yang cukup sinkron antara aktivitas Matahari dengan suhu rata-rata
global. Sejak tahun 1715, terjadi peningkatan aktivitas Matahari. IAU
(International Astronomical Union) mengadakan simposium pada tahun 2004 yang
menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: perubahan aktivitas Matahari
menyebabkan terjadinya mayoritas perubahan iklim, siklus aktivitas Matahari
terjadi selama 11, 80, dan 200 tahun, matahari menyebabkan pemanasan global di
masa kini, serta pemanasan global di masa kini bersifat normal dan akan segera
berakhir.
Dengan
perhitungan menggunakan Hukum Stefan-Boltzmann, peningkatan konsentrasi CO2
sebanyak 2 kali lipat menyebabkan peningkatan sebesar 1,60C pada
suhu rata-rata global. Dari perhitungan IPCC, dihasilkan bahwa peningkatan
konsentrasi CO2 yang sama menyebabkan peningkatan suhu rata-rata
global sebesar 30C. Di bawah ini ada 8 hal yang membatasi pada CO2
sebagai penyebab perubahan suhu rata-rata global, yaitu: (1) CO2
bertambah sangat sedikit ke dalam udara (dari tahun 1750 ke 2007 hanya
bertambah 0,01 % (dari 0,03 % ke 0,04 %))
(2) CO2
mempunyai sedikit pita absorpsi yang utama
(3) Di permukaan,
uap air lebih mendominasi daripada CO2
(4) Efek radiatif
CO2 berkurang seiring dengan peningkatan konsentrasinya di atmosfer
(5) CO2
tidak potensial (efeknya hanya 1/23 dari efek CH4)
(6) Tidak ada hot
spot pada troposfer menengah di daerah tropis
7) Waktu tinggal
CO2 di atmosfer relatif pendek (2 – 15 tahun menurut berbagai
ilmuwan, sedangkan menurut IPCC 50 – 200 tahun)
8) Hubungan antara
konsentrasi CO2 dengan suhu rata-rata global tidak sinkron.
Selanjutnya,
Monckton menampilkan beberapa kesalahan Al Gore mengenai pemanasan global
berpotensi menimbulkan krisis global di film “An Inconvenient Truth”, antara
lain:
1) Saat konsentrasi CO2 di
atmosfer bertambah, suhu rata-rata global meningkat karena CO2
memerangkap lebih banyak panas dari Matahari (kenyataannya, peningkatan
konsentrasi CO2 mengikuti adanya peningkatan suhu rata-rata global
(bukan sebaliknya))
2) Akhir-akhir ini kita melihat banyak
hurricane besar yang terjadi (kenyataannya, hurricane di Atlantik yang sampai
ke daratan tetap jumlahnya
3) Jepang mengalami taifun paling banyak
sepanjang sejarah (kenyataannya, justru terjadi penurunan jumlah taifun yang
terjadi di Pasifik)
4) Muncul peringatan bahwa hurricane akan
menjadi lebih kuat (kenyataannya, tidak ada tren yang mendukung)
5) Asuransi yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk menanggulangi dampak cuaca ekstrem akan meningkat (kenyataannya,
kerugian harta benda akibat hurricane di AS fluktuatif)
6) Terjadi peningkatan akumulasi
panas di kutub utara (kenyataannya, Arktik lebih hangat pada tahun 1940-an
dibanding saat ini)
7) Studi ilmiah menunjukkan bahwa untuk pertama
kalinya mereka menemukan beruang kutub yang tenggelam setelah berenang sejauh
60 mil untuk mencari es (kenyataannya, hanya 4 beruang kutub yang mati (itupun
karena badai yang menyebabkan gelombang tinggi di laut))
8) Tubuh es di Antarktika Barat lebih stabil
daripada tubuh es di Greenland yang ukurannya hampir sama (kenyataannya,
lapisan es di Greenland tumbuh 2 inci per tahun)
9)
Dampak pemanasan global yang mulai terlihat adalah berkurangnya salju di puncak
Gunung Kilimanjaro dalam jangka waktu 30 tahun (kenyataannya, di puncak Gunung
Kilimanjaro suhu udara rata-rata bulanan relatif konstan sebesar -7,10C
dan suhu udara tidak pernah naik melebihi titik beku)
10) Terjadi kemunduran gletser di pegunungan
(kenyataannya, kemunduran gletser telah terjadi sejak tahun 1820 (sebelum penggunaan
bahan bakar fosil))
11) Danau Chad yang dulunya merupakan salah
satu danau terbesar di dunia kini hampir mengering hanya dalam beberapa dekade
(kenyataannya, Danau Chad juga pernah mengering pada tahun 8500, 5500, 2000,
dan 100 SM)
12) Terjadi perluasan Gurun Sahara
(kenyataannya, luas Gurun Sahara justru berkurang 300.000 km2 oleh
vegetasi)
13) Lapisan es di Antarktika Barat menipis
(kenyataannya, yang terjadi justru penebalan es di Antarktika Barat)
14) Warga di negara-negara Pasifik harus
mengevakuasi diri ke Selandia Baru (kenyataannya, tidak ada warga Pasifik yang
mengevakuasi diri ke Selandia Baru karena tidak terjadi kenaikan muka laut)
15) Penyakit Malaria (akibat nyamuk) akan
ditemukan di ketinggian (di atas permukaan laut) yang lebih tinggi karena
menghangatnya iklim (kenyataannya, kasus Malaria ditemukan di ketinggian yang
lebih rendah)
16) Jika es di Antarktika Barat mencair
seluruhnya, maka akan terjadi kenaikan muka laut sebesar 20 kaki (kenyataannya,
kenaikan muka laut tertinggi yang mungkin terjadi adalah 43 – 92 cm).
PRO / KONTRA PENULIS TERHADAP ISU PERUBAHAN IKLIM
Dari apa yang
telah saya pelajari sejauh ini (melalui film, artikel, jurnal ilmiah, dan
buku), saya cenderung tidak setuju atau kontra dengan perubahan iklim yang
terjadi saat ini. Perubahan iklim yang saat ini menjadi perhatian banyak
kalangan adalah pemanasan global. Banyak data dari berbagai sumber yang
menunjukkan adanya peningkatan suhu rata-rata global dalam beberapa dekade
terakhir ini. Yang menjadi perhatian bagi saya di essay ini adalah kenyataan
sebenarnya tentang sejarah peningkatan suhu rata-rata global di planet Bumi sejak dahulu
yang sekarang disebut dengan fenomena global
warming serta bagaimana cara
menyikapi perubahan iklim dengan bijaksana.
Pemanasan global
pada abad ke-20 sebanyak 1-1,4 ° F masih dalam range fluktuasi +/- 5 ° F pada 3.000
tahun terakhir. Sebuah studi tahun 2003 oleh para peneliti di
Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menunjukkan bahwa suhu pada
tahun 1000-1100 AD (sebelum penggunaan
bahan bakar fosil) ternyata sebanding
dengan tahun 1900-1990. Hal
ini menunjukkan bahwa pemanasan dan pendinginan temperatur di Bumi telah
terjadi jauh sebelum era industrial. Contohnya kini Greenland yang dikenal
dingin dan beku ribuan tahun lalu merupakan pulau yang diselimuti padang rumput
yang menunjukan pendinginan di Bumi. Pemanasan juga pernah terjadi saat
mencairnya sebagian besar es di kutub pada Ice Age ribuan tahun lalu. Selain
itu, isu yang dibahas pada pemanasan global adalah pencairan kutub. Ternyata,
visualisasi pencairan kutub yang selama ini muncul di berita tidaklah lengkap,
yang terjadi adalah anomali dimana luas es di lautan Arktik menyusut namun di
sisi lain area es di lautan Antartika meluas setiap bulannya pada 35 tahun
terakhir sehingga jumlah total es di kedua kutub Bumi sebenarnya cenderung
konstan.
Dengan demikian, kita tidak perlu terlalu mengkhawatirkan dampak perubahan iklim di masa mendatang. Lagipula, penyebab perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini saya rasa masih belum jelas. Greenhouse gasses atau gas rumah kaca seperti karbon dan methana pun sejak dahulu telah ada yang disebabkan oleh fenomena natural seperti aktivitas vulkanik, tanaman, dan perut sapi. Dampak perubahan iklim tidaklah separah yang diperkirakan oleh beberapa kalangan saat ini. Penjelasan pada paragraf sebelumnya semakin meyakinkan saya bahwa perubahan iklim sangat sulit untuk diperlambat atau bahkan dihentikan karena ini merupakan bagian dari proses natural Bumi. Biaya yang dikeluarkan untuk memperlambat atau bahkan menghentikan perubahan iklim sangat besar dibandingkan dengan kerugian yang akan ditimbulkannya. Jadi, yang perlu kita lakukan untuk menghadapi perubahan iklim adalah bersikap sewajarnya, tidak mencemari lingkungan, dan tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan. Meskipun tidak ada lagi alasan untuk mengurangi laju pemanasan global, kita juga perlu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil di bidang transportasi dan manufaktur dengan alasan bahwa ketersediaan bahan bakar fosil di alam terbatas dan terus berkurang, serta untuk mengurangi tingkat polusi udara demi kualitas udara dan air yang lebih baik.
Anders Moberg, PhD, et al., "Highly Variable Northern Hemisphere
Temperatures Reconstructed From Low and High Resolution Proxy Data" ,
Nature, Feb. 2005
Arthur B. Robinson, PhD, et al.,
"Environmental Effects of Increased Atmospheric Carbon
Dioxide"
. 2007
Willie Soon, PhD, and Sallie
Baliunas, PhD, "Proxy Climatic and
Environmental Changes of the Past 1000 Years" . 2003