Wednesday, 20 May 2015

RESUME FILM “APOCALYPSE? NO!” DAN PRO / KONTRA PERUBAHAN IKLIM


“Apocalypse? No!” yang merupakan film dokumenter dengan Christopher Monckton sebagai pembicaranya, menjelaskan secara ilmiah bahwa pemanasan global bukanlah sesuatu yang dapat menyebabkan krisis global. Monckton menyatakan bahwa ia akan menyampaikan sesuatu yang mungkin belum pernah terdengar sebelumnya (dari para politisi, media massa, jurnal ilmiah, dll) tentang perubahan iklim (karena beda perspektif). Meskipun Monckton ingin menyampaikan bahwa pemanasan global bukanlah krisis global, ia tetap tidak menyetujui adanya eksploitasi alam secara berlebihan yang dapat merusak lingkungan. Monckton tetap setuju dengan adanya peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer beberapa dekade terakhir yang disebabkan oleh manusia, namun mempertanyakan apakah peningkatan tersebut berbahaya bagi Bumi, manusia, dan lingkungannya.
Monckton mengutip pernyataan Sir John Houghton (salah satu petinggi IPCC) pada tahun 2007 yang isinya “Tidak ada orang yang akan mendengar (peduli) dengan sains, kecuali jika kita mengumumkan bencana”. Ada juga 3 pernyataan yang dikeluarkan oleh IPCC pada tahun 1995 tentang perubahan iklim, yaitu:
(1) Belum ada studi yang menunjukkan bukti jelas bahwa manusia dapat berkontribusi pada perubahan iklim yang teramati melalui peningkatan konsentrasi gas rumah kaca
(2) Tidak ada studi yang mengaitkan secara positif antara perubahan iklim yang teramati dengan sebab antropogenik
(3) Klaim apapun mengenai deteksi positif tentang perubahan iklim yang signifikan masih merupakan kontroversi sampai ketidakpastian di dalam variabilitas alam sistem iklim dapat dikurangi. Namun, pengaruh dari para politisi membuat IPCC menulis ulang ketiga pernyataan tadi menjadi satu pernyataan yang lebih singkat dan maknanya terbalik, yaitu “Keseimbangan bukti yang ada menyatakan bahwa terdapat pengaruh manusia yang terlihat pada perubahan iklim”.
Kemudian, muncul opini dalam benak Monckton bahwa kemungkinan IPCC bekerja pada suatu kasus (dalam konteks ini adalah perubahan iklim) dengan semangat politik terlepas dari fakta ilmiahnya. Pernyataan Chris Landsea selaras dengan opini Monckton tersebut. Untuk menarik perhatian publik, IPCC menyatakan bahwa salah satu dampak pemanasan global adalah pencairan es di Greenland. Ternyata, ada kesalahan pada salah satu dokumen IPCC yang isinya tentang laju peningkatan ketinggian muka laut akibat pencairan es. Ada sebuah jurnal ilmiah yang di satu sisi menyatakan bahwa pemanasan global dapat bersifat katastrofik (memusnahkan), namun di sisi lain juga menyatakan bahwa suhu rata-rata global yang meningkat sejak akhir abad ke-19 tidak berarti bahwa efek antropogenik pada sistem iklim telah teridentifikasi. Pada tahun 1988, Hansen memberikan prediksi suhu rata-rata global di masa mendatang (setelah tahun 1988) jika penambahan CO2 ke atmosfer tidak dikurangi. Kenyataannya, tetap terjadi kenaikan suhu rata-rata global, namun dengan laju yang jauh lebih rendah daripada yang diprediksi oleh Hansen.
Laporan IPCC pada tahun 1990 menyatakan bahwa ada periode hangat Medieval (Medieval Warm Period) MWP) dari abad ke-11 sampai ke-14. Saat MWP dulu, suhu rata-rata global melebihi saat ini sehingga bangsa Viking pun dulu bisa melakukan pertanian di Greenland yang saat ini membeku. Setelah MWP, terjadi zaman es kecil, lalu diikuti tren penghangatan hingga masa kini. Namun, laporan IPCC pada tahun 2001 justru tidak menyatakan adanya MWP pada abad ke-11 sampai ke-14. Perbedaan laporan antara tahun 1990 dan 2001 tersebut muncul karena pada laporan tahun 2001, program di komputer milik IPCC diset sedemikian sehingga pada grafik terlihat peningkatan suhu rata-rata global. Padahal, beberapa penelitian (dari lubang bor, studi isotop di Pegunungan Alpen, sedimen dari dasar danau di Antarktika dan Cina, foraminifera di Laut Arab, dll) menunjukkan adanya MWP pada abad ke-11 sampai ke-14. Karena dulu ada MWP (dengan suhu rata-rata global 3 derajat celcius lebih tinggi dari saat ini), dapat disimpulkan bahwa suhu rata-rata global saat ini tidaklah luar biasa, alamlah yang menyebabkan adanya MWP, tidak ada bencana iklim selama MWP, dan kemungkinan alam yang sebagian besar menyebabkan penghangatan di masa kini. “Alam” yang dimaksud di sini adalah Matahari.
Level aktivitas Matahari pada 70 tahun terakhir ini dapat dikatakan luar biasa. Waktu di masa lampau yang juga sempat mengalami aktivitas Matahari setinggi sekarang ini adalah 8.000 tahun yang lalu. Antara data konsentrasi CO2 dengan suhu rata-rata global untuk tahun 1880 – 1980 tidak sinkron. Di saat konsentrasi CO2 terus meningkat secara logaritmik, suhu rata-rata global malah berfluktuasi (naik dan turun) meskipun trennya meningkat. Jika memang peningkatan konsentrasi CO2 dapat meningkatkan suhu rata-rata global, maka seharusnya suhu rata-rata global pada tahun 1880 – 1980 juga naik secara terus menerus (tidak berfluktuasi). Pada tahun 1700 – 2000, terlihat grafik yang cukup sinkron antara aktivitas Matahari dengan suhu rata-rata global. Sejak tahun 1715, terjadi peningkatan aktivitas Matahari. IAU (International Astronomical Union) mengadakan simposium pada tahun 2004 yang menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: perubahan aktivitas Matahari menyebabkan terjadinya mayoritas perubahan iklim, siklus aktivitas Matahari terjadi selama 11, 80, dan 200 tahun, matahari menyebabkan pemanasan global di masa kini, serta pemanasan global di masa kini bersifat normal dan akan segera berakhir.
Dengan perhitungan menggunakan Hukum Stefan-Boltzmann, peningkatan konsentrasi CO2 sebanyak 2 kali lipat menyebabkan peningkatan sebesar 1,60C pada suhu rata-rata global. Dari perhitungan IPCC, dihasilkan bahwa peningkatan konsentrasi CO2 yang sama menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global sebesar 30C. Di bawah ini ada 8 hal yang membatasi pada CO2 sebagai penyebab perubahan suhu rata-rata global, yaitu: (1) CO2 bertambah sangat sedikit ke dalam udara (dari tahun 1750 ke 2007 hanya bertambah 0,01 % (dari 0,03 % ke 0,04 %))
(2) CO2 mempunyai sedikit pita absorpsi yang utama
(3) Di permukaan, uap air lebih mendominasi daripada CO2
(4) Efek radiatif CO2 berkurang seiring dengan peningkatan konsentrasinya di atmosfer
(5) CO2 tidak potensial (efeknya hanya 1/23 dari efek CH4)
(6) Tidak ada hot spot pada troposfer menengah di daerah tropis
7) Waktu tinggal CO2 di atmosfer relatif pendek (2 – 15 tahun menurut berbagai ilmuwan, sedangkan menurut IPCC 50 – 200 tahun)
8) Hubungan antara konsentrasi CO2 dengan suhu rata-rata global tidak sinkron.
Selanjutnya, Monckton menampilkan beberapa kesalahan Al Gore mengenai pemanasan global berpotensi menimbulkan krisis global di film “An Inconvenient Truth”, antara lain:
1) Saat konsentrasi CO2 di atmosfer bertambah, suhu rata-rata global meningkat karena CO2 memerangkap lebih banyak panas dari Matahari (kenyataannya, peningkatan konsentrasi CO2 mengikuti adanya peningkatan suhu rata-rata global (bukan sebaliknya))
2) Akhir-akhir ini kita melihat banyak hurricane besar yang terjadi (kenyataannya, hurricane di Atlantik yang sampai ke daratan tetap jumlahnya
3) Jepang mengalami taifun paling banyak sepanjang sejarah (kenyataannya, justru terjadi penurunan jumlah taifun yang terjadi di Pasifik) 
4) Muncul peringatan bahwa hurricane akan menjadi lebih kuat (kenyataannya, tidak ada tren yang mendukung)  
5) Asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menanggulangi dampak cuaca ekstrem akan meningkat (kenyataannya, kerugian harta benda akibat hurricane di AS fluktuatif) 
6) Terjadi peningkatan akumulasi panas di kutub utara (kenyataannya, Arktik lebih hangat pada tahun 1940-an dibanding saat ini) 
7) Studi ilmiah menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya mereka menemukan beruang kutub yang tenggelam setelah berenang sejauh 60 mil untuk mencari es (kenyataannya, hanya 4 beruang kutub yang mati (itupun karena badai yang menyebabkan gelombang tinggi di laut))
8) Tubuh es di Antarktika Barat lebih stabil daripada tubuh es di Greenland yang ukurannya hampir sama (kenyataannya, lapisan es di Greenland tumbuh 2 inci per tahun) 
9) Dampak pemanasan global yang mulai terlihat adalah berkurangnya salju di puncak Gunung Kilimanjaro dalam jangka waktu 30 tahun (kenyataannya, di puncak Gunung Kilimanjaro suhu udara rata-rata bulanan relatif konstan sebesar -7,10C dan suhu udara tidak pernah naik melebihi titik beku)   
10) Terjadi kemunduran gletser di pegunungan (kenyataannya, kemunduran gletser telah terjadi sejak tahun 1820 (sebelum penggunaan bahan bakar fosil)) 
11) Danau Chad yang dulunya merupakan salah satu danau terbesar di dunia kini hampir mengering hanya dalam beberapa dekade (kenyataannya, Danau Chad juga pernah mengering pada tahun 8500, 5500, 2000, dan 100 SM) 
12) Terjadi perluasan Gurun Sahara (kenyataannya, luas Gurun Sahara justru berkurang 300.000 km2 oleh vegetasi) 
13) Lapisan es di Antarktika Barat menipis (kenyataannya, yang terjadi justru penebalan es di Antarktika Barat) 
14) Warga di negara-negara Pasifik harus mengevakuasi diri ke Selandia Baru (kenyataannya, tidak ada warga Pasifik yang mengevakuasi diri ke Selandia Baru karena tidak terjadi kenaikan muka laut)   
15) Penyakit Malaria (akibat nyamuk) akan ditemukan di ketinggian (di atas permukaan laut) yang lebih tinggi karena menghangatnya iklim (kenyataannya, kasus Malaria ditemukan di ketinggian yang lebih rendah) 
16) Jika es di Antarktika Barat mencair seluruhnya, maka akan terjadi kenaikan muka laut sebesar 20 kaki (kenyataannya, kenaikan muka laut tertinggi yang mungkin terjadi adalah 43 – 92 cm).
               

PRO / KONTRA PENULIS TERHADAP ISU PERUBAHAN IKLIM

Dari apa yang telah saya pelajari sejauh ini (melalui film, artikel, jurnal ilmiah, dan buku), saya cenderung tidak setuju atau kontra dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini. Perubahan iklim yang saat ini menjadi perhatian banyak kalangan adalah pemanasan global. Banyak data dari berbagai sumber yang menunjukkan adanya peningkatan suhu rata-rata global dalam beberapa dekade terakhir ini. Yang menjadi perhatian bagi saya di essay ini adalah kenyataan sebenarnya tentang sejarah peningkatan suhu rata-rata global di planet Bumi sejak dahulu yang sekarang disebut dengan fenomena global warming serta  bagaimana cara menyikapi perubahan iklim dengan bijaksana.
Pemanasan global pada abad ke-20 sebanyak 1-1,4 ° F masih dalam range fluktuasi +/- 5 ° F pada 3.000 tahun terakhir. Sebuah studi tahun 2003 oleh para peneliti di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menunjukkan bahwa suhu pada tahun  1000-1100 AD (sebelum penggunaan bahan bakar fosil)  ternyata sebanding dengan tahun 1900-1990. Hal ini menunjukkan bahwa pemanasan dan pendinginan temperatur di Bumi telah terjadi jauh sebelum era industrial. Contohnya kini Greenland yang dikenal dingin dan beku ribuan tahun lalu merupakan pulau yang diselimuti padang rumput yang menunjukan pendinginan di Bumi. Pemanasan juga pernah terjadi saat mencairnya sebagian besar es di kutub pada Ice Age ribuan tahun lalu. Selain itu, isu yang dibahas pada pemanasan global adalah pencairan kutub. Ternyata, visualisasi pencairan kutub yang selama ini muncul di berita tidaklah lengkap, yang terjadi adalah anomali dimana luas es di lautan Arktik menyusut namun di sisi lain area es di lautan Antartika meluas setiap bulannya pada 35 tahun terakhir sehingga jumlah total es di kedua kutub Bumi sebenarnya cenderung konstan.



























Dengan demikian, kita tidak perlu terlalu mengkhawatirkan dampak perubahan iklim di masa mendatang. Lagipula, penyebab perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini saya rasa masih belum jelas. Greenhouse gasses atau gas rumah kaca seperti karbon dan methana pun sejak dahulu telah ada yang  disebabkan oleh fenomena natural seperti aktivitas vulkanik, tanaman, dan perut sapi. Dampak perubahan iklim tidaklah separah yang diperkirakan oleh beberapa kalangan saat ini. Penjelasan pada paragraf sebelumnya semakin meyakinkan saya bahwa perubahan iklim sangat sulit untuk diperlambat atau bahkan dihentikan karena ini merupakan bagian dari proses natural Bumi. Biaya yang dikeluarkan untuk memperlambat atau bahkan menghentikan perubahan iklim sangat besar dibandingkan dengan kerugian yang akan ditimbulkannya. Jadi, yang perlu kita lakukan untuk menghadapi perubahan iklim adalah bersikap sewajarnya, tidak mencemari lingkungan, dan tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan. Meskipun tidak ada lagi alasan untuk mengurangi laju pemanasan global, kita juga perlu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil di bidang transportasi dan manufaktur dengan alasan bahwa ketersediaan bahan bakar fosil di alam terbatas dan terus berkurang, serta untuk mengurangi tingkat polusi udara demi kualitas udara dan air yang lebih baik.











Sumber Jurnal dan Paper :
Anders Moberg, PhD, et al., "Highly Variable Northern Hemisphere Temperatures Reconstructed From Low and High Resolution Proxy Data" , Nature, Feb. 2005
 Arthur B. Robinson, PhD, et al., "Environmental Effects of Increased Atmospheric Carbon Dioxide" . 2007

Willie Soon, PhD, and Sallie Baliunas, PhD, "Proxy Climatic and Environmental Changes of the Past 1000 Years" . 2003