Wednesday, 6 May 2015

SIKLON TROPIS DAN HURRICANE HAZARDS


Terbentuknya Siklon Tropis
Siklon tropis terbentuk di atas laut yang hangat (> 26,50C) dan luas. Kondisi lain yang mendukung terbentuknya siklon tropis adalah geser angin (wind shear) vertikal yang lemah, kolom udara lembab yang tinggi, lapisan campuran (mixing layer) air laut hangat mencapai ketebalan 50 meter, dan lapse rate di troposfer yang cukup besar. Perkembangan siklon tropis dimulai dengan adanya sistem cuaca yang telah terganggu sebelumnya (seperti badai petir (thunderstorm)). Thunderstorm di daerah tropis bisa terbentuk di sepanjang ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) ataupun karena gelombang tropis. Di bawah thunderstorm biasanya akan terjadi penurunan tekanan udara secara gradual akibat adanya ketidakseimbangan antara laju konveksi udara dengan angin permukaan yang menuju pusat tekanan udara rendah. Agar angin di sekeliling pusat tekanan udara rendah ini dapat berputar, gaya Coriolis yang ada harus mencukupi. Oleh karena itu, perkembangan siklon tropis dimulai dari wilayah lautan dengan lintang geografis minimal 50.
Angin yang berputar di sekitar pusat tekanan udara rendah ini muncul bersamaan dengan kumpulan thunderstorm yang formasinya agak melengkung. Sekumpulan thunderstorm ini dinamakan gangguan tropis. Selanjutnya, gangguan tropis akan menjadi depresi tropis jika kecepatan anginnya mencapai kisaran antara 20 – 34 knot (36 – 61 km/jam) dan terdapat satu isobar tertutup (jika dilihat di peta cuaca). Bila sistem badai tersebut mulai berotasi terhadap pusat tekanan udara rendah, berukuran semakin besar, kecepatan angin antara 35 – 64 knot (63 – 115 km/jam), dan terdapat 2 isobar tertutup, maka depresi tropis telah berubah menjadi badai tropis. Pada fase ini, badai mulai diberi nama dan belum terdapat mata badai. Saat badai tersebut telah memiliki “mata” di pusatnya, kecepatan angin melebihi 64 knot (> 115 km/jam), dan terdapat setidaknya 3 isobar tertutup, maka badai tersebut telah berubah menjadi siklon tropis.

Hurricane Hazards

Secara umum, ada 3 bahaya utama yang disebabkan oleh keberadaaan siklon tropis, yaitu angin kencang, banjir, dan storm surge. Kecepatan angin yang dihasilkan oleh siklon tropis bervariasi, tergantung pada kekuatannya. Skala Saffir-Simpson (SS) adalah skala yang digunakan untuk mengklasifikasikan kekuatan siklon tropis menurut kecepatan anginnya. Siklon tropis skala SS-1 menghasilkan angin berkecepatan antara 119 – 153 km/jam. Kecepatan angin dapat melebihi 300 km/jam pada siklon tropis skala SS-5. Tak heran jika banyak bangunan (terutama yang konstruksinya lemah) yang rusak saat diterjang siklon tropis. Selain angin kencang, banjir juga merupakan bahaya yang disebabkan oleh siklon tropis. Hujan dengan intensitas yang sangat tinggi dan durasi yang lama dapat dengan mudah menyebabkan terjadinya banjir di daratan. Korban jiwa yang berjatuhan karena siklon tropis sebagian besar disebabkan oleh banjir yang dihasilkannya. Banjir ini akan semakin parah jika siklon tropis bergerak dengan lambat dan disertai terjadinya storm surge.                                                                                                                                     Fenomena storm surge merupakan kenaikan muka air laut secara abnormal yang muncul akibat datangnya siklon tropis. Kenaikan muka air laut akibat storm surge bervariasi, tergantung pada kekuatan siklon tropisnya. Siklon tropis SS-1 menyebabkan kenaikan muka air laut sekitar 4 kaki (1,3 meter), sedangkan pada siklon tropis SS-5 bisa mencapai 20 kaki (6,5 meter) atau lebih. Storm surge akan semakin parah jika waktu kejadiannya bertepatan dengan datangnya pasang tinggi air laut. Untuk mengetahui gambaran kerusakan akibat siklon tropis, tinjau kejadian Hurricane Katrina (skala SS-5) pada tahun 2005 yang menerjang wilayah Amerika Serikat bagian selatan. Kombinasi antara angin kencang, banjir, storm surge, dan jebolnya tanggul menimbulkan kerugian harta melebihi 75 milyar dolar AS dan korban jiwa hingga 1.200 orang.