Friday, 29 May 2015

RESUME X-RAY EARTH (NATIONAL GEOGRAPHY)

Dalam film dokumenter dari National Geography yang berjudul X-ray earth memberikan pengetahuan kepada kita mengenai sebuah teknologi yang dapat memberikan gambaran umum bumi dari permukaan hingga kedalam dalam bentuk visual. Hal yang menarik dari film ini adalah ketika ilmuwan dunia berhasil menemukan sebuah teknologi untuk mendiagnosis kondisi bumi dengan X-ray menggunakan teknologi CGI. Berdasarkan film dokumenter tersebut hal pertama yang harus dilakukan sebelum kita mendapatkan gambaran X-ray dari bumi, para ilmuwan harus memasang sensor-sensor yang terletak di bawah tanah, di langit, laut dan kota-kota untuk memantau bumi untuk memantau bumi dari waktu ke waktu. Bahkan dengan menggunakan metode ini, kita dapat mengetahui gambaran bumi di masa lampau dan sekarang. Dalam film tersebut, saya juga tertarik bagaimana teknologi tersebut dapat menggambarkan tomografi seismik di berbagai titik di belahan bumi, juga bagaimana teknologi ini dapat menggambarkan perubahan iklim dunia.
Aktivitas vulkanik menjadi bukti adanya sesuatu yang terjadi di dalam bumi. Untuk melihat 99% bagian dalam bumi yang tidak bisa kita lihat, dipasang US Array yang dipasang dengan jarak antar seismometer 70 km. Seismometer ini dapat mendeteksi gempa dalam bumi dari belahan dunia lain yang sangat kecil dan tidak terasa sekalipun. Data yang dikumpulkan misalnya berupa waktu yang dibutuhkan suatu gempa untuk terdeteksi oleh stasiun tertentu. Proses seberapa cepat seismic wave menjalar di bumi ini dinamakan seismictemography. Kumpulan data ini dimodelkan menjadi interior bumi dalam bentuk tiga dimensi. Formasi masif di bawah permukaan tanah yang dilewati s-wave juga dimodelkan melalui seismic imaging yang menghasilkan visualisasi dan proyeksi 3D sisi dalam bumi. Dalam hal ini diketahui mengenai diameter bumi, material dan permukaan inti bumi, hingga kerak yang terpecah-pecah menjadi lempengan bumi. Lempeng-lempeng bumi ini setiap saat bergesekan sehingga terjadilah gempa.  Kecanggihan dari kolaborasi ilmu geofisika dan programming ini juga menjelaskan aktivitas vulkanik yang dipengaruhi oleh gerakan di dalam bumi.
Hal menarik selanjutnya adalah ketika para ilmuwan mengambil sampel atmosfer pada setiap negara di bumi. Kemudian sampel tersebut dianalisa mengenai zat-zat dan molekul-molekul apa saja yang terkandung dalam sampel gas atmosfer yang mereka dapat, kemudian sampel tersebut akan dibuat modelnya dikomputer. Sehingga kita dapat melihat bagaimana kondisi real time atmosfer dari waktu ke waktu. Misalnya saja, kita dapat melihat kondisi CO2 di dalam atmosfer dengan melihat pemodelannya di komputer, dimana gas tersebut digambarkan dengan warna merah yang menyelimuti hampir seluruh daerah di kutub utara. Bahkan dari kegiatan sampling dan modeling menggunakan komputer, kita dapat mengetahui jika dari waktu ke waktu, bumi terus bernafas dan memproduksi CO2 secara berlebih. Karena adanya modeling dengan menggunakan komputer, ilmuwan dapat memprediksi jika konsentrasi CO2 di atmosfer terus meningkat selama 30th terakhir.
Di laut daerah Oregon, Amerika Serikat, terdapat suatu “zona mati” dimana disana ditemukan banyak sekali bangkai ikan maupun makhluk laut lainnya seperti kepiting. Para oseanografer meneliti hal ini dengan teknologi penginderaan melalui suatu organisme bernama feudoplankton yang biasanya menjadi santapan para ikan laut. Feudoplankton diteliti pertumbuhan dan data sebarannya menggunakan teknologi penginderaan dan terlihat jelas seperti kumpulan daerah berwarna biru atau kehijauan dari muka bumi. Dan yang menyebabkan terjadinya zona mati pada laut adalah gagalnya proses upwelling yang seharusnya menaikkan plankton yang terletak di dasar laut ke permukaan sehingga ikan tidak mendapat makanan apa apa lalu mati. Upwelling yang dipengaruhi oleh angin ini tidak terjadi karena adanya pembelokkan angin. Angin dapat berbelok karena pengaruh pemanasan global yang terjadi di bumi.

Pemanasan global di bumi ini juga menyebabkan es di Alaska berkurang drastis. Pencairan es di muka bumi dapat menyebabkan kenaikan muka air laut. Ekosistem di kutub juga dapat terganggu oleh pencairan es ini. Dengan pencairan es ini maka jelas sudah bahwa Bumi ini semakin panas alias meningkat terus suhu permukaannya. Pencairan es di kutub akibat pengaruh pemanasan global ini diamati menggunakan remote sensing yang diletakkan di titik tertentu. Secara garis besar teknologi-teknologi kebumian ini bertujuan untuk mengamati bumi dan pergerakannya hingga ke inti bumi sekalipun.