Dalam
film dokumenter dari National Geography yang berjudul X-ray earth memberikan
pengetahuan kepada kita mengenai sebuah teknologi yang dapat memberikan
gambaran umum bumi dari permukaan hingga kedalam dalam bentuk visual. Hal yang
menarik dari film ini adalah ketika ilmuwan dunia berhasil menemukan sebuah
teknologi untuk mendiagnosis kondisi bumi dengan X-ray menggunakan teknologi
CGI. Berdasarkan film dokumenter tersebut hal pertama yang harus dilakukan
sebelum kita mendapatkan gambaran X-ray dari bumi, para ilmuwan harus memasang
sensor-sensor yang terletak di bawah tanah, di langit, laut dan kota-kota untuk
memantau bumi untuk memantau bumi dari waktu ke waktu. Bahkan dengan
menggunakan metode ini, kita dapat mengetahui gambaran bumi di masa lampau dan
sekarang. Dalam film tersebut, saya juga tertarik bagaimana teknologi tersebut
dapat menggambarkan tomografi seismik di berbagai titik di belahan bumi, juga
bagaimana teknologi ini dapat menggambarkan perubahan iklim dunia.
Aktivitas
vulkanik menjadi bukti adanya sesuatu yang terjadi di dalam bumi. Untuk melihat
99% bagian dalam bumi yang tidak bisa kita lihat, dipasang US Array yang
dipasang dengan jarak antar seismometer 70 km. Seismometer ini dapat mendeteksi
gempa dalam bumi dari belahan dunia lain yang sangat kecil dan tidak terasa
sekalipun. Data yang dikumpulkan misalnya berupa waktu yang dibutuhkan suatu
gempa untuk terdeteksi oleh stasiun tertentu. Proses seberapa cepat seismic
wave menjalar di bumi ini dinamakan seismictemography. Kumpulan data ini dimodelkan
menjadi interior bumi dalam bentuk tiga dimensi. Formasi masif di bawah
permukaan tanah yang dilewati s-wave juga dimodelkan melalui seismic imaging
yang menghasilkan visualisasi dan proyeksi 3D sisi dalam bumi. Dalam hal ini
diketahui mengenai diameter bumi, material dan permukaan inti bumi, hingga
kerak yang terpecah-pecah menjadi lempengan bumi. Lempeng-lempeng bumi ini
setiap saat bergesekan sehingga terjadilah gempa. Kecanggihan dari kolaborasi ilmu geofisika
dan programming ini juga menjelaskan aktivitas vulkanik yang dipengaruhi oleh
gerakan di dalam bumi.
Hal menarik
selanjutnya adalah ketika para ilmuwan mengambil sampel atmosfer pada setiap
negara di bumi. Kemudian sampel tersebut dianalisa mengenai zat-zat dan
molekul-molekul apa saja yang terkandung dalam sampel gas atmosfer yang mereka
dapat, kemudian sampel tersebut akan dibuat modelnya dikomputer. Sehingga kita
dapat melihat bagaimana kondisi real time atmosfer dari waktu ke waktu.
Misalnya saja, kita dapat melihat kondisi CO2 di dalam atmosfer
dengan melihat pemodelannya di komputer, dimana gas tersebut digambarkan dengan
warna merah yang menyelimuti hampir seluruh daerah di kutub utara. Bahkan dari
kegiatan sampling dan modeling menggunakan komputer, kita dapat mengetahui jika
dari waktu ke waktu, bumi terus bernafas dan memproduksi CO2 secara
berlebih. Karena adanya modeling dengan menggunakan komputer, ilmuwan dapat
memprediksi jika konsentrasi CO2 di atmosfer terus meningkat selama
30th terakhir.
Di
laut daerah Oregon, Amerika Serikat, terdapat suatu “zona mati” dimana disana
ditemukan banyak sekali bangkai ikan maupun makhluk laut lainnya seperti
kepiting. Para oseanografer meneliti hal ini dengan teknologi penginderaan
melalui suatu organisme bernama feudoplankton yang biasanya menjadi santapan
para ikan laut. Feudoplankton diteliti pertumbuhan dan data sebarannya
menggunakan teknologi penginderaan dan terlihat jelas seperti kumpulan daerah
berwarna biru atau kehijauan dari muka bumi. Dan yang menyebabkan terjadinya
zona mati pada laut adalah gagalnya proses upwelling
yang seharusnya menaikkan plankton yang terletak di dasar laut ke permukaan
sehingga ikan tidak mendapat makanan apa apa lalu mati. Upwelling yang dipengaruhi oleh angin ini tidak terjadi karena
adanya pembelokkan angin. Angin dapat berbelok karena pengaruh pemanasan global
yang terjadi di bumi.
Pemanasan global di bumi ini juga menyebabkan es di
Alaska berkurang drastis. Pencairan es di muka bumi dapat menyebabkan kenaikan
muka air laut. Ekosistem di kutub juga dapat terganggu oleh pencairan es ini.
Dengan pencairan es ini maka jelas sudah bahwa Bumi ini semakin panas alias
meningkat terus suhu permukaannya. Pencairan es di
kutub akibat pengaruh pemanasan global ini diamati menggunakan remote sensing
yang diletakkan di titik tertentu. Secara garis besar teknologi-teknologi
kebumian ini bertujuan untuk mengamati bumi dan pergerakannya hingga ke inti
bumi sekalipun.