Tuesday 20 October 2015

RESUME BBC WILD WEATHER 3 : COLD

Dalam film  ini, Donald MacIntyre melakukan perjalanan dan membahas tentang cuaca dingin, yang dapat menjadi pembunuh bagi makhluk hidup di muka bumi. Dimulai dari suatu daerah di bagian atas bumi (arktik), sumber cuaca bumi belahan utara dan banyak elemen ekstrim disana. Donald menjelajah daerah tersebut untuk mengetahui kapan musim dingin dimulai. 15 juta km persegi luasnya, lebih luas dari india dan china. Donald mencoba masuk ke dalam air yang berada di bawah es, dan ternyata es melindungi air hangat yang ada di bawahnya. Saat Arktik jauh dari matahari, BBU mengalami musim dingin. Ketika Arktik dekat dengan matahari, maka BBU mengalami musim panas. Matahari akan berada 24 jam di atas langit Arktik sehingga Arktik disebut juga Daratan dari Matahari Tengah Malam. Tetapi, panasnya Matahari di langit Arktik masih belum cukup untuk melelehkan es di sana meskipun di puncak panasnya. Salah satu penyebabnya adalah karena terdapat Laut Arktik di bawah Arktik itu sendiri.  Lapisan es di atas Laut Arktik udara panas turun ke bawah, yang mendorong permukaan udara dingin ke arah selatan melalui angin kutub. Lapisan es ini juga yang akan menjaga udara di atasnya dengan suhu yang sama.
Selain pada cuaca, unsur dingin jugs berdampak pada tubuh kita. Donald mencoba masuk ke suatu ruangan untuk mengecek seberapa tahankah dia berada di wilayah yang dingin, mencoba beradaptasi dengan suhu dingin tersebut. Donald berada dalam suhu -18 derajat celcius tanpa pelindung apapun, dan ia nampak mulai hipotermia. Otaknya membeku, badannya sudah sangat menggigil. Dan akhirya dia berkata sudah tidak sanggup lagi berada di ruangan itu. Setelah beradaptasi dengan suhu -18o C, Donald kembali ke alam terbuka Greenland untuk mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan penduduk setempat. Greenland, merupakan tempat hidup paling ekstrim di muka bumi, pada musim dingin suhu disini bisa mencapai -40o C, dan anak anak hanya bisa bermain diluar rumah maksimal 10 menit saja sebelum kulitnya menjadi beku. Penghuni Greenland dapat tetap hidup karena adaptasi tubuh dan lingkungan sudah terjadi sejak mereka kecil.  Jika mengetahui temperatur dan cuaca di wilayah Greenland, dapat dilakukan prediksi untuk cuaca yang ada dii wilayah Eropa seperti di Negara Jerman. Sangat dinginnya temperatur di Greenland, membuat mata Donald menjadi beku. Ketika malam hari, Donald dibuatkan tempat untuk beristirahat dengan membuat semacam goa di bawah tebing es, karena suhu malam hari di wilayah Greenland akan turun menjadi lebih dingin lagi. Kedua teman Donald yang merupakan penduduk asli Greenland tidur di luar dengan mengggunakan tenda. Di dalam Goa suhu akan tetap terjaga dan tidak mengalami penurunan.
Kejadian ekstrem pernah terjadi di Amerika Serikat, badai dingin yang sangat parah pada tahun 1993, orang hanya bisa menutup mukanya agar tidak ikut membeku. Dua orang warga yang bernama Bill dan Jave sehabis pulang kerja terjebak di dalam badai itu, dan itu mengubah hidup mereka selanjutnya. Jalanan penuh dengan salju dan mereka berdua di dalam mobil dan tak bisa kemana mana. Kecepatan angin mencapai 140 miles/jam dengan temperatur dibawah nol dan salju sangat banyak. Dan keadaan tersebut makin buruk saja, Bill dan Jave terjabak dalam keadaan ini selama 8 jam hingga ada mobil ambulan yang menolong. Beruntung mereka berdua masih dapat hidup. Bill kehilangan ankle kakinya, karena sel-sel ankle kakinya yang sampai mati dan tidak sanggup bertahan dalam temperatur yang sangat dingin.Lalu ankle kaki Bill di amputasi. Sedangkan Jave mengalami pengeroposan daging (dagingnya mengkerut) di bagian pinggang akibat tidak sanggup bertahan pada suhu yang sangat dingin. Kondisi dingin yang berlebihan dapat mematikan sel-sel tubuh manusia, sel sel menjadi keriput, dan rongga sel terisi oleh kristal es yang tajam. Dalam kondisi yang parah, bagian tubuh manusia dapat menghitam, dan satu satunya cara untuk menghilangkannya hanya dengan proses amputasi. Es akan terbentuk di dalam cairan dan sekitar sel. Pembuluh darah membeku keras dan tak ada oksigen yang dibawa. Tanpa oksigen sel tubuh tersebut mudah terinfeksi. Ganggren masuk lalu daerah tersebut menjadi hitam dan membusuk.
Semua angin kutub mengarah ke selatan menuju dan bertemu udara panas di khatulistiwa. Selanjutnya Donald pergi ke gunung Washington untuk mendatangi stasiun meteorologi disana. Disana cuaca dapat berubah begitu cepat, kecepatan angin tercepat yang pernah terekam sebesar 231 miles/jam. Puncak ini terletak di jalan badai yang mempengaruhi cuaca di timur laut, membuat tempat ini sesuai untuk melihat kondisi bagaimana jika angin dan dingin digabung . Observasi puncak washington merupakan tempat terbaik mempelajari musim dingin ekstrim. Bila angin dan kabut dingin mengenai benda keras, terjadi hal yang sangat mengherankan yaitu terbentuk bunga es. Jika air berada pada suhu dibawah titik bekunya, ia akan tetap dalam wujud cair, namun jika terbentur benda keras cairan itu akan menjadi es, dan lama kelamaan akan menebal.
Satu badai salju terburuk yang pernah terjadi yaitu disebelah timur Kanada. Badai es datang dalam gelombang, selama dua hari hujan beku terus turun. Pohon pohon banyak yang tumbang akibat menumpuknya es di rantingnya, tiang listrik juga begitu, akibatnya dalam area 500.000 mil persegi di Montreal mengalami pemadaman listrik. Pada akhirnya 50 ribu orang mengungsi ke tempat perlindungan. Kerugian yang dialami akibat kejadian badai es ini lebih dari 800 juta dolar. Ketika dingin terus menuju ke selatan, cuaca dingin tidak begitu ekstrim. Tapi bisa lebih berbahaya. Selanjutnya Donald melanjutkan perjalanan ke London, yang merupakan ibukota negara terdingin di Eropa. Meskipun tak ada salju, bukan berarti dingin tidak mematikan. Temperatur dingin menyebabkan darah mengental, dan tekanan darah bertambah, berakhir pada kematian. Jauh di sebelah selatan London, dingin tidak begitu ekstrim. Kecuali di puncak gunung, selalu ada salju termasuk di Khatulistiwa. Kebanyakan air turun berupa hujan, namun disini turun sebagai salju. Ciri musim dingin paling utama yaitu adanya salju. Serpihan salju berasal dari partikel kecil di awan, titik titik air menempel di permukaannya dan membeku membentuk kristal es, kristal es makin banyak dan membentuk kristal salju yang akhirnya jatuh ke tanah. Setiap jenis serpihan salju membentuk salju yang berbeda.

Ketika udara dingin angin kutub dari utara bertemu dengan udara lembab dan panas dari arah khatulistiwa akan dihasilkan badai salju. Udara lembab dan panas akan bergerak ke atas udara kutub lalu menjebak udara kutub di bawahnya menghasilkan badai salju. Tetapi terkadang di tengah-tengah lapisan, hujan dari udara panas tak punya waktu membeku dalam perjalanannya ke bawah. Sehingga jatuh sebagai hujan super dingin. Air hujan super dingin ketika jatuh akan langsung membeku ketika mengenai suatu benda. Salah satu ciri khas dari musim dingin adalah salju. Salju terbentuk dari serpihan salju yang berasal dari partikel kecil di awan. Titik-titik air lalu menempel di permukaannya yang kemudian membeku membentuk kristal es. Semakin banyak titik air yang menempel, kristal es akan menjadi serpihan salju yang akhirnya jatuh ke tanah sebagai salju. Ketika salju turun ke tanah, salju akan saling mengikat menjadi keras. Hujan salju dapat menghasilkan lapisan salju yang sangat erat. Kadang-kadang terdapat satu lapisan yang masih rapuh dan dapat menyebabkan longsor salju. Salju juga bisa menghasilkan gletser. Bobot dari salju baru memadatkan es di bawahnya dan menghasilkan gletser.

Friday 25 September 2015

PERUBAHAN IKLIM, ADAPTASI, DAN MITIGASI

Pola cuaca adalah bagian penting dalam kehidupan kita. Pola ini memengaruhi tanaman pangan kita, air yang kita gunakan, tempat tinggal, aktivitas dan kesehatan kita. Oleh karena itu, perubahan iklim benar-benar berdampak serius bagi kehidupan kita. Tidak seorang pun yang tahu dengan pasti kenyataan yang akan terjadi di masa depan. Tetapi para ahli dapat menggunakan ilmu pengetahuan untuk memberi gambaran tentang bagaimana iklim akan berubah jika kita terus melakukan perbuatan yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim, seperti menggunduli hutan, menghamburkan energi, dan menerapkan sistem pertanian yang buruk.
Perubahan Iklim
Perubahan iklim diartikan sebagai perubahan dalam jangka panjang dalam hal cuaca dalam peridode waktu tertentu, umumnya antara puluhan hingga ratusan tahun. Perubahan iklim merupakan sebuah bencana besar dan malapetaka bagi umat manusia, hal ini dikarenakan dampak perubahan iklim bagi kehidupan manusia sangat merugikan sekali. Dan inilah pembahasan singkat mengenai berbagai macam dampak perubahan iklim bagi kehidupan dimuka bumi.

Bagaimana iklim akan berubah di Indonesia? Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), selama abad 20, Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan tanah 0,5 derajat celcius. Jika dibandingkan periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di Indonesia diproyeksikan meningkat 0,8 sampai 1,0 derajat Celcius antara tahun 2020 hingga 2050.
-       Musim kemarau yang lebih panas dan berkepanjangan, termasuk gelombang panas.
-       Hujan yang berkurang di musim kemarau, dengan kekeringan yang parah.
-       Curah hujan yang berlebih di musim penghujan.
-       Naiknya permukaan air laut.
Dampak perubahan iklim pada kehidupan masyarakat diantaranya;
1.    Pertanian
Hasil panen menurun, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sebagian tanaman mungkin akan hancur, sehingga semakin sulit menghasilkan tanaman pangan yang baik. Tingkat kesuburan sebagian tanah berkurang sehingga tidak dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Petani akan semakin sulit mendapatkan makanan. Sebagian warga terpaksa harus pindah ke tempat lain. Petani-petani mungkin harus berebut untuk menanam di lahan yang subur.
2.    Hutan
Jumlah makanan dan produk hutan akan menurun. Manusia yang menjual hasil hutan akan semakin merugi. Fungsi hutan sebagai pengatur sistem hidrologi dan penyaring air akan menjadi lemah. Kuantitas air tanah akan berkurang dan kualitas air pun akan menurun. Dengan berkurangnya keanekaragaman hayati, sistem alami tidak akan berjalan secara efektif. Tanaman akan semakin menderita karena perubahan iklim meningkatkan jumlah hama dan penyakit.
3.    Perikanan
Budidaya perikanan penting sebagai mata pencaharian dan sumber makanan bagi masyarakat Indonesia. Jika persediaan air berkurang dan suhu air laut memanas, maka jumlah ikan akan menurun. Para nelayan pun akan sulit memperoleh makanan dan penghasilan.
4.    Udara Semakin Tidak Sehat
Dampak perubahan iklim lainnya adalah tingkat pencemaran udara yang tinggi sehingga membuat kualitas udara semakin tidak sehat. Perubahan iklim, global warming, pertumbuhan penduduk semakin meningkatkan permintaan akan energi. Sedangkan kita tahu bahwa energi dihasilkan dari bahan bakar fosil yang notabene mengelurkan emisi gas berupa kabon dioksida.
5.    Harga pangan meningkat
Untuk beberapa dekade mendatang, para pakar memprediksi hasil tanaman pangan mulai dari jagung hingga gandum, beras hingga kapas, akan menurun hingga 30 persen. Hasil yang menurun ini berujung pada peningkatan harga pangan. Sebab, akan ada proses, penyimpanan, dan transportasi pangan yang membutuhkan air dan energi lebih.
6.    Siklus yang tidak sehat
Meningkatnya suhu ditambah dengan populasi global akan mencuatkan permintaan energi. Ini akhirnya berujung pada produksi emisi yang menyebabkan perubahan iklim dan, ironisnya, memicu lebih banyak lagi emisi. Sedangkan curah hujan, diproyeksikan akan menurun sebanyak 40 persen di beberapa lokasi.  
7.    Rusaknya infrastruktur
Perubahan iklim memicu lebih banyak cuaca ekstrem yang menghasilkan bencana. Seperti yang terjadi di DKI Jakarta pada Januari hingga Februari 2013. Hujan dalam intensitas tinggi menyebabkan banjir besar, Kamis (17/1). Ibu Kota Indonesia ini lumpuh ketika nyaris semua titik jalannya terendam banjir, termasuk pusat pemerintahan di Jakarta Pusat. Jalan dan bus transportasi umum yang merupakan infrastruktur penting bagi warga Jakarta tidak lagi berfungsi. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebut, 15.423 jiwa harus mengungsi. Daerah yang terendam meliputi 720 RT, 309 RW, 73 Kelurahan, dan 31 Kecamatan.
8.    Berkurangnya sumber air
Membludaknya jumlah penduduk menyebabkan tingginya permintaan air. Ini menimbulkan penyedotan besar-besaran terhadap sumber air yang ada. Khusus untuk Jakarta, naiknya muka air laut dapat membuat batas antara air tanah dan air laut semakin jauh ke daratan. Sehingga mencemari lebih banyak sumber air minum.
9.    Meningkatnya penyakit pernapasan
Perubahan iklim juga menyebabkan polusi udara yang akhirnya menurunkan fungsi dari paru-paru. Di kota besar seperti New York City, Amerika Serikat, kasus asma akan meningkat sebanyak sepuluh persen.
10.  Bencana hidrologi
Bencana alam, hasil dari perubahan iklim, meningkatkan badai dan cuaca ekstrem. Hanya beberapa kota di dunia yang mempunyai sistem penanggulan yang cukup baik untuk bencana-bencana tersebut.

Adaptasi dan Mitigasi
Adaptasi merupakan proses penyesuaian apapun yang terjadi secara alamiah di dalam ekosistem atau dalam sistem manusia sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, baik dengan meminimalkan tingkat perusakan maupun mengembangkan peluang-peluang yang menguntungkan sebagai reaksi terhadap iklim yang sedang berubah atau bencana yang akan terjadi yang terkait dengan perubahan-perubahan lingkungan.
Nenek moyang kita telah mengatasi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim selama ribuan tahun (Tebtebba). Di seluruh dunia, masyarakat adat telah mengembangkan langkah-langkah adaptasi inovatif untuk menghadapi perubahan iklim berdasarkan pengetahuan tradisional mereka. Langkah-langkah ini meliputi menanam berbagai tanaman dan varietas tanaman, memindahkan ladang, mengubah strategi berburu dan teknik menangkap ikan dan lain-lain (AIPP).
Beberapa contoh adaptasi dari masyarakat adat di berbagai negara:
1.    Bangladesh, para penduduk desa saat ini menciptakan kebun sayur terapung untuk melindungi mata pencahariannya dari banjir.
2.    Vietnam, berbagai komunitas sedang membantu menanam pohon bakau yang rimbun di sepanjang pesisir untuk memecah ombak badai tropis.
3.    Di sebuah desa pesisir di Vanua Levu, Fiji, vanua (yang mengacu pada hubungan masyarakat dengan tanahnya melalui nenek moyang dan roh halus penjaganya) berfungsi sebagai sebuah prinsip pemandu bagi pengelolaan dan penggunaan berkelanjutan hutan hujan, hutan bakau, terumbu karang, dan kebun desa.
4.    Di bagian lainnya di Pasifik, masyarakat adat telah membangun dinding-laut yang menyediakan sebuah sistem drainase air dan tangki air dan melarang penebangan pohon.
5.    Desa terpencil Guarita di Honduras saat ini memanfaatkan metode pertanian tradisional Quezungal. Mereka menanami tanaman di bawah pohon-pohon yang akarnya mencengkeram tanah dan menahannya dari erosi. Mereka juga memangkas tanaman untuk menyediakan gizi bagi lapisan tanah dan untuk memelihara pasokan air tanah. Terakhir, mereka sedang membuat teras-teras untuk menghindari erosi tanah (Tebtebba).
Selain proses adaptasi, mitigasi juga perlu dilakukan dalam upaya mencegah bertambahnya dampak perubahan iklim. Mitigasi adalah proses pengurangan emisi gas rumah kaca. Karena penyebab utama dari perubahan iklim adalah penggunaan bahan bakar fosil, seperti batubara dan minyak bumi, maka negara-negara seperti Amerika, Inggris dan Jepang, dan negara-negara industri lainnya diharuskan mengurangi 80% emisi mereka pada tahun 2050.
Di tingkat internasional dan nasional, Negara-negara  mencoba membangun berbagai skema/mekanisme untuk pengurangan emisi gas ruma kaca. Salah satunya adalah REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “Pengurangan Emisi Dari Deforestasi dan Degradasi Hutan”.
Deforestasi dan degradasi hutan merupakan salah satu penyebab meningkatnya emisi gas rumah kaca. Beberapa kalangan menganggap bahwa membayar negara lain untuk mengurangi deforestasi merupakan cara yang lebih mudah dan murah untuk mengurangi emisi global. Dengan REDD, negara-negara dan pengusaha kaya mendanai negara-negara berkembang di daerah tropis untuk membantu mereka mengurangi deforestasi.
Namun, menurut masyarakat adat, cara terbaik bagi mitigasi perubahan iklim adalah dengan mengubah produksi dan pola konsumsi yang tidak berkelanjutan yang masih mendominasi sistem yang berlaku di dunia ini. Langkah mitigasi terbaik mencakup perubahan gaya hidup secara individu atau kolektif dan perubahan jalur pembangunan secara struktural menuju ke arah pembangunan yang berkelanjutan dan rendah karbon
Aksi nyata adaptasi dan mitigasi perubahan iklim menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan strategi pembangunan rendah karbon dan tahan perubahan iklim, yang perlu terus dikembangkan dan diperkuat pelaksanaannya. Guna mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, Menteri Lingkungan Hidup dalam acara National Summit Perubahan Iklim Ke-1 di Bali, pada bulan Oktober 2011, telah meluncurkan Program Kampung Iklim (ProKlim).
Melalui pelaksanaan Proklim, Pemerintah memberikan penghargaan terhadap masyarakat pada lokasi minimal setingkat RW/Dusun/Dukuh dan maksimal setingkat Kelurahan/Desa yang secara berkesinambungan telah melakukan aksi lokal terkait dengan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang dapat dikembangkan dan dilaksanakan di tingkat lokal mencakup antara lain:
a. Pengendalian banjir, longsor atau kekeringan
b. Peningkatan ketahanan pangan
c. Penanganan kenaikan muka air laut
d. Pengendalian penyakit terkait iklim
e. Pengelolaan dan pemanfaatan sampah/limbah
f. Penggunaan energi baru, terbarukan dan konservasi energi
g. Budidaya pertanian rendah emisi GRK
h. Peningkatan tutupan vegetasi
i. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan
Keberadaan kelompok masyarakat dan tokoh lokal yang mampu berperan sebagai penggerak pelaksanaan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta ketersediaan instrumen pendukung lainnya merupakan faktor penting yang dievaluasi dalam proses penilaian usulan ProKlim. Pengusulan lokasi ProKlim kepada KLH dapat dilakukan oleh berbagai pihak, baik secara individu maupun kelompok, yang mempunyai informasi bahwa masyarakat di lokasi tertentu telah melakukan aksi lokal yang dapat mendukung upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Pada pelaksanaan Proklim tahun 2012, KLH menerima pengusulan 71 calon lokasi Proklim yang tersebar di 15 Provinsi. Jumlah pengusulan ProKlim tahun 2013 meningkat menjadi 180 lokasi yang tersebar di 14 Provinsi (69 Kabupaten/Kota).


Sumber : National Geographic Indonesia

Saturday 1 August 2015

LIVING OFF-GRID POTENTIAL

This blog post was submitted for the selection of International Student Energy Case Competition finalist. Read the full post on  Student Energy here.

References :

Rosen,Nick.off the grid:Inside the Movement for More Space, Less Government, and True Independence in Modern America.London:Penguin Books,2010.

Infinegria Consulting. Autonomous Systems, Off-grid System, Rural Electrification, Market Intelligence and Research. Web. 2 June 2015 <http://www.infinergia.com/en/node/105>



Elisabeth Rosenthal.African Huts Far From the Grid Glow With Renewable Power.New York Times.Web.2 June 2015 <http://www.nytimes.com/2010/12/25/science/earth/25fossil.html>

Wednesday 3 June 2015

BILA MANUSIA DI BUMI TIDAK BERKEMBANG SEMODERN SEKARANG?

  Jumlah dan gaya hidup manusia modern memang banyak menimbulkan emisi gas yang menyebabkan polusi udara, berlubangnya lapisan ozon, hujan asam, dan lain-lain. Namun, apabila Homo Sapiens tidak berkembang se-modern ini dan Bumi tidak dihuni manusia sebanyak ini (7 miliar jiwa), Bumi dan atmosfer akan tetap mengalami perubahan-perubahan yang sekarang disebut dengan perubahan iklim atau pemanasan global. Bumi secara natural berangsur-angsur memproduksi greenhouse gasses atau gas rumah kaca seperti karbon dan methana sejak dahulu yang disebabkan oleh fenomena alami seperti aktivitas vulkanik, tanaman, dan perut sapi. Perbedaan signifikan yang akan terjadi di Bumi apabila jumlah dan aktivitas manusia modern berkurang ialah berkurang drastisnya polusi udara dan tingginya temperatur rata-rata Bumi saat ini yang disebabkan aktivitas industrial dan bahan bakar fosil, hutan-hutan tidak akan gundul, dan air tidak akan tercemar.

Kenaikan temperatur rata-rata Bumi yang saat ini disebut dengan fenomena pemanasan global pada abad ke-20 sebanyak 1-1,4 ° F masih dalam range fluktuasi +/- 5 ° F pada 3.000 tahun terakhir. Sebuah studi tahun 2003 oleh para peneliti di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menunjukkan bahwa suhu pada tahun  1000-1100 AD (sebelum penggunaan bahan bakar fosil) ternyata sebanding dengan tahun 1900-1990. Hal ini menunjukkan bahwa pemanasan dan pendinginan temperatur di Bumi telah terjadi jauh sebelum era industrial. Contohnya kini Greenland yang dikenal dingin dan beku ribuan tahun lalu merupakan pulau yang diselimuti padang rumput yang menunjukan pendinginan di Bumi. Pemanasan juga pernah terjadi saat mencairnya sebagian besar es di kutub pada Ice Age ribuan tahun lalu. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur merupakan hal yang secara natural terjadi dan tidak dapat dicegah. Namun, manusia sebaiknya bersikap bijak dengan tidak mencemari lingkungan, dan tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan. Meskipun tidak ada lagi alasan untuk mengurangi laju pemanasan global, kita juga perlu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil di bidang transportasi dan manufaktur dengan alasan bahwa ketersediaan bahan bakar fosil di alam terbatas dan terus berkurang, serta untuk mengurangi tingkat polusi udara demi kualitas udara dan air yang lebih baik.






Sumber Jurnal dan Paper :
Anders Moberg, PhD, et al., "Highly Variable Northern Hemisphere Temperatures Reconstructed From Low and High Resolution Proxy Data" , Nature, Feb. 2005
Arthur B. Robinson, PhD, et al., " Environmental Effects of Increased Atmospheric Carbon Dioxide " . 2007
Willie Soon, PhD, and Sallie Baliunas, PhD, " Proxy Climatic and Environmental Changes of the Past 1000 Years " . 2003

Friday 29 May 2015

RESUME X-RAY EARTH (NATIONAL GEOGRAPHY)

Dalam film dokumenter dari National Geography yang berjudul X-ray earth memberikan pengetahuan kepada kita mengenai sebuah teknologi yang dapat memberikan gambaran umum bumi dari permukaan hingga kedalam dalam bentuk visual. Hal yang menarik dari film ini adalah ketika ilmuwan dunia berhasil menemukan sebuah teknologi untuk mendiagnosis kondisi bumi dengan X-ray menggunakan teknologi CGI. Berdasarkan film dokumenter tersebut hal pertama yang harus dilakukan sebelum kita mendapatkan gambaran X-ray dari bumi, para ilmuwan harus memasang sensor-sensor yang terletak di bawah tanah, di langit, laut dan kota-kota untuk memantau bumi untuk memantau bumi dari waktu ke waktu. Bahkan dengan menggunakan metode ini, kita dapat mengetahui gambaran bumi di masa lampau dan sekarang. Dalam film tersebut, saya juga tertarik bagaimana teknologi tersebut dapat menggambarkan tomografi seismik di berbagai titik di belahan bumi, juga bagaimana teknologi ini dapat menggambarkan perubahan iklim dunia.
Aktivitas vulkanik menjadi bukti adanya sesuatu yang terjadi di dalam bumi. Untuk melihat 99% bagian dalam bumi yang tidak bisa kita lihat, dipasang US Array yang dipasang dengan jarak antar seismometer 70 km. Seismometer ini dapat mendeteksi gempa dalam bumi dari belahan dunia lain yang sangat kecil dan tidak terasa sekalipun. Data yang dikumpulkan misalnya berupa waktu yang dibutuhkan suatu gempa untuk terdeteksi oleh stasiun tertentu. Proses seberapa cepat seismic wave menjalar di bumi ini dinamakan seismictemography. Kumpulan data ini dimodelkan menjadi interior bumi dalam bentuk tiga dimensi. Formasi masif di bawah permukaan tanah yang dilewati s-wave juga dimodelkan melalui seismic imaging yang menghasilkan visualisasi dan proyeksi 3D sisi dalam bumi. Dalam hal ini diketahui mengenai diameter bumi, material dan permukaan inti bumi, hingga kerak yang terpecah-pecah menjadi lempengan bumi. Lempeng-lempeng bumi ini setiap saat bergesekan sehingga terjadilah gempa.  Kecanggihan dari kolaborasi ilmu geofisika dan programming ini juga menjelaskan aktivitas vulkanik yang dipengaruhi oleh gerakan di dalam bumi.
Hal menarik selanjutnya adalah ketika para ilmuwan mengambil sampel atmosfer pada setiap negara di bumi. Kemudian sampel tersebut dianalisa mengenai zat-zat dan molekul-molekul apa saja yang terkandung dalam sampel gas atmosfer yang mereka dapat, kemudian sampel tersebut akan dibuat modelnya dikomputer. Sehingga kita dapat melihat bagaimana kondisi real time atmosfer dari waktu ke waktu. Misalnya saja, kita dapat melihat kondisi CO2 di dalam atmosfer dengan melihat pemodelannya di komputer, dimana gas tersebut digambarkan dengan warna merah yang menyelimuti hampir seluruh daerah di kutub utara. Bahkan dari kegiatan sampling dan modeling menggunakan komputer, kita dapat mengetahui jika dari waktu ke waktu, bumi terus bernafas dan memproduksi CO2 secara berlebih. Karena adanya modeling dengan menggunakan komputer, ilmuwan dapat memprediksi jika konsentrasi CO2 di atmosfer terus meningkat selama 30th terakhir.
Di laut daerah Oregon, Amerika Serikat, terdapat suatu “zona mati” dimana disana ditemukan banyak sekali bangkai ikan maupun makhluk laut lainnya seperti kepiting. Para oseanografer meneliti hal ini dengan teknologi penginderaan melalui suatu organisme bernama feudoplankton yang biasanya menjadi santapan para ikan laut. Feudoplankton diteliti pertumbuhan dan data sebarannya menggunakan teknologi penginderaan dan terlihat jelas seperti kumpulan daerah berwarna biru atau kehijauan dari muka bumi. Dan yang menyebabkan terjadinya zona mati pada laut adalah gagalnya proses upwelling yang seharusnya menaikkan plankton yang terletak di dasar laut ke permukaan sehingga ikan tidak mendapat makanan apa apa lalu mati. Upwelling yang dipengaruhi oleh angin ini tidak terjadi karena adanya pembelokkan angin. Angin dapat berbelok karena pengaruh pemanasan global yang terjadi di bumi.

Pemanasan global di bumi ini juga menyebabkan es di Alaska berkurang drastis. Pencairan es di muka bumi dapat menyebabkan kenaikan muka air laut. Ekosistem di kutub juga dapat terganggu oleh pencairan es ini. Dengan pencairan es ini maka jelas sudah bahwa Bumi ini semakin panas alias meningkat terus suhu permukaannya. Pencairan es di kutub akibat pengaruh pemanasan global ini diamati menggunakan remote sensing yang diletakkan di titik tertentu. Secara garis besar teknologi-teknologi kebumian ini bertujuan untuk mengamati bumi dan pergerakannya hingga ke inti bumi sekalipun.

RESUME FILM ‘AN INCONVENIENT TRUTH’ (Al Gore)


An Inconvenient Truth merupakan film dokumenter, biografi, sekaligus kampanye yang bercerita tentang Al Gore dan perjalananya dalam mendidik publik tentang parahnya sistem iklim dunia saat ini. Film dokumentasi tersebut merupakan kunci dari presentasi Al Gore tentang eksplorasinya mendapatkan data dan prediksinya mengenai dampak perubahan iklim di seluruh dunia dan potensi bencana yang disebabkannya.
Dalam film tersebut, Gore juga membuka diskusi tentang opini ilmiah terkait dengan perubahan iklim, juga tentang dampak sekarang dan masa depan terkait efek global warming dan menekankan bahwa perubahan iklim bukanlah masalah yang menyangkut politik namun lebih ke masalah yang menyangkut moral dan perilaku manusia. Dalam penjelasannya tentang konsekuensi perubahan iklim, Gore percaya bahwa perubahan iklim global akan menghasilkan kalau jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan oleh manusia tidak berkurang secara signifikan dalam waktu yang singkat. Gore juga menyampaikan tentang data es Antartika yang menunjukkan tingkat atau kadar CO2 lebih tinggi dibandingkan dengan 650 ribu tahun terakhir.
Pada film tersebut juga terdapat segmen atau bagian yang membantah kritik yang mengatakan bahwa pemanasan global tidak terbukti, dan dunia ini tidak sedang mengalami kondisi pemanasan yang signifikan. Sebagai contohnya, Gore membahas kemungkinan runtuhnya lapisan es besar di Greenland dan Antartika Barat. Dimana apabila es tersebut runtuh dan mencair, akan menyebabkan naiknya permukaan lau global setinggi sekitar 20 kaki. Apabila hal tersebut terjadi, tentunya akan menyebabkan banjir di daerah pesisir dan membuat 100 juta penghuni menungsi. Karena salinitas air yang lebih rendah, membuat lelehan air dari Greenland dapat menghentikan arus laut yang membuat Eropa Utara hangat dan dapat memicu pendinginan dramatis local dengan cepat di daerah tersebut.
Film dokumenter tersebut berakhir saat Gore mengatakan jika tindakan yang tepat perlu diambil dalam menghadapi efek pemanasan global terkait perubahan iklim. Efek dari global warming dapat dihilangkan dengan mengurangi pelepasan CO2 dan menanam vegetasi yang dapat mengurangi pelepasan CO2 berlebih di atmosfer.

Sepanjang film Gore juga menekankan bahwa planet Bumi yang indah ini perlu dijaga dengan berbagai macam cara. Di bagian akhir film ini ia memberikan kesimpulannya terkait efek dari global warming dengan mengatakan, “Masing-masing dari kita adalah penyebab global warming, tapi masing-masing dari kita dapat mengubahnya dengan sesuatu yang kita beli, listrik yang kita gunakan, mobil yang kita kendarai, kita dapat membuat pilihan untuk mengurangi emisi karbon menjadi nol. Solusinya ada di tangan kita. Hanya saja, kita harus memiliki tekad dalam mewujudkanya. Kita punya segalanya untuk mengurangi emisi karbon, segalanya kecuali keinginan politik. Tapi di Amerika, kemauan untuk bertindak adalah sumber daya terbarukan.”

Thursday 21 May 2015

FENOMENA ENSO


El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena alam yang muncul di sekitar Samudra Pasifik dan mempengaruhi kondisi cuaca di sekitarnya. Fenomena ini berkaitan dengan dua proses yaitu El Nino dan Southern Oscillation. ENSO itu sendiri sebenarnya diatur oleh melemahnya angin pasat (faktor atmosfer) dan perpindahan kolam panas (faktor laut). Pengatur ENSO sendiri masih belum dapat dijelaskan dengan baik, ada sumber yang mengatakan munculnya disebabkan mula-mula dari atmosfer yaitu oleh melemahnya angin pasat. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa munculnya diawali dari laut yaitu adanya perpindahan kolam panas. Namun hal ini seperti sebuah siklus yang tidak dapat ditemukan mana yang merupakan awal mula penyebabnya.
Fenomena ENSO diawali dengan kondisi normal di equator, kemudian laut Pasifik Barat lebih panas di bandingkan dengan  Pasifik Timur. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tiga faktor yaitu rotasi Bumi, daerah tropis yang berada di sekitar equator, dan mixing layer. Letak daerah di equator yaitu dimana pertemuan antara angin pasat dan karena Bumi ini berotasi sehingga angin pasat merupakan angin Timuran. Angin pasat ini memiliki komponen dari timur ke barat sehingga ada gaya yang membawa materi seolah-olah akan bergerak ke Barat (arus Timur). Hal ini berkaitan dengan Sirkulasi Walker yaitu sirkulasi atmosfer yang berada di permukaan bumi sepanjang equator menuju ke Barat dan atmosfer bagian atasnya menjadi lawannya akibat dari penyeimbang dan geser angin (shear angin). Sirkulasi ini secara tidak langsung juga disebabkan oleh adanya rotasi Bumi yang bergerak memutar dari Barat ke Timur. Akibat dari rotasi ini akan menimbulkan penumpukan materi (massa air laut) di Barat, sehingga lapisan pencampuran/ mixing layer lebih tebal di bagian Barat. Termoklin di sepanjang equator Pasifik juga lebih dangkal di Pasifik Timur di banding dengan Pasifik Barat pada keadaan normalnya.
Adanya evolusi temperatur permukaan air laut di sepanjang equator di laut Pasifik selama El Nino/La Nina. Fluktuansi kondisi air laut yaitu berkaitan dengan menghangat dan mendinginnya temperatur air laut. Menghangatnya air laut di bagian Timur-Tengah Pasifik Equatorial dari pada kondisi normalnya yaitu dapat disebut sebagai kondisi El Nino. Sedangkan pada kondisi La Nina disebut sebagai kondisi mendinginnya air di bagian Timur-Tengah Pasifik Equatorial dari pada kondisi normalnya. Mendingin dan menghangatnya air laut ini berkaitan dengan perpindahan kolam panas (warm pool). Fenomena ENSO ini sering dilihat dari kondisi parameter cuaca yaitu adanya perubahan kondisi cuaca di daerah tropis terkait degan curah hujan tropis, tekanan (Osilasi Selatan) dan angin. Ketiga unsur cuaca ini dapat digunakan sebagai parameter kondisi ENSO. Selain itu, ENSO juga menyebabkan perubahan posisi dan intensitas jet stream yang mempengaruhi jalur badai dan cuaca di Amerika Serikat.















Dalam kondisi La Nina, air laut di Pasifik Timur lebih panas dari kondisi normalnya. Hal ini menyebabkan adanya konveksi yang lebih besar dari normalnya di bagian Pasifik Timur, sehingga menyebabkan Indonesia pada saat La Nina memiliki curah hujan yang lebat. Kondisi termoklin di bawah laut di sepanjang equator Laut Pasifik ketika La Nina yaitu lebih dangkal di Pasifik Timur dan lebih dalam di Pasifik Barat dari pada kondisi normalnya. Pada kondisi El Nino, air laut di Pasifik menghangat dan angin melemah di sepanjang equator sehingga konveksi akan berkembang di sepanjang Pasifik, maka akan terbentuk awan-awan mesoscale di wilayah Pasifik yang dapat membentuk badai. Kondisi termoklin ketika El Nino adalah termoklin dalam di Laut Pasifik Timur dan dangkal di Pasifik Barat dari pada kondisi normalnya.


DAMPAK ENSO SECARA GLOBAL

Pengaruh El Nino terhadap kondisi Global yaitu akan berpengaruh kuat ketika Musim Dingin di BBU yaitu ketika temperatur air mencapai maksimum tahunan di BBS (Musim Panas). Peningkatan Pemanasan lebih besar dari normalnya akan mempengaruhi sebaran daerah konveksi dan mampu mengeser aliran jet stream. Sedangkan jika El Nino terjadi saat Musim Dingin di BBS maka pengaruh El Nino lebih lemah. Hal ini di sebabkan oleh transfer panas dari laut BBS yang lebih luas mempengaruhi kondisi laut equatorial Pasifik. El Nino ini sangat mempengaruhi kesetimbangan atmosfer dan laut secara global sebab, dampaknya dirasakan secara signifikan di BBU maupun di BBS meskipun itu pada waktu-waktu tertentu. Sedangkan pengaruh La Nina terhadap kondisi global berbeda dari pengaruh  El Nino. Ada beberapa pengaruh yang merupakan lawan dari pengaruh dari El Nino, namun masih ada juga pengaruh lainnya yang di sebabkan oleh La Nina itu sendiri secara independen. Dapat dilihat pada gambar di bawah muncul daerah-daerah yang basah, hangat, dingin dan kering.



Secara keseluruhan fenomena ENSO ini merupakan fenomena global yang terjadi secara siklonik. Tentunya dampak dari fenomena ENSO seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, secara global ini tidak dapat dihindari karena merupakan fenomena alamiah. Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi dampak curah hujan yang tinggi maupun kekeringan yang melanda khususnya wilayah Indonesia, dengan tidak membuang sampah sembarangan ke sungai agar tidak meluap dan menimbulkan banjir, serta menjaga sumber mata air dan membuat daerah resapan agar mata air tanah tetap terjaga sehingga tidak kekurangan sumber air bersih ketika kekeringan melanda.

Wednesday 20 May 2015

RESUME FILM “APOCALYPSE? NO!” DAN PRO / KONTRA PERUBAHAN IKLIM


“Apocalypse? No!” yang merupakan film dokumenter dengan Christopher Monckton sebagai pembicaranya, menjelaskan secara ilmiah bahwa pemanasan global bukanlah sesuatu yang dapat menyebabkan krisis global. Monckton menyatakan bahwa ia akan menyampaikan sesuatu yang mungkin belum pernah terdengar sebelumnya (dari para politisi, media massa, jurnal ilmiah, dll) tentang perubahan iklim (karena beda perspektif). Meskipun Monckton ingin menyampaikan bahwa pemanasan global bukanlah krisis global, ia tetap tidak menyetujui adanya eksploitasi alam secara berlebihan yang dapat merusak lingkungan. Monckton tetap setuju dengan adanya peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer beberapa dekade terakhir yang disebabkan oleh manusia, namun mempertanyakan apakah peningkatan tersebut berbahaya bagi Bumi, manusia, dan lingkungannya.
Monckton mengutip pernyataan Sir John Houghton (salah satu petinggi IPCC) pada tahun 2007 yang isinya “Tidak ada orang yang akan mendengar (peduli) dengan sains, kecuali jika kita mengumumkan bencana”. Ada juga 3 pernyataan yang dikeluarkan oleh IPCC pada tahun 1995 tentang perubahan iklim, yaitu:
(1) Belum ada studi yang menunjukkan bukti jelas bahwa manusia dapat berkontribusi pada perubahan iklim yang teramati melalui peningkatan konsentrasi gas rumah kaca
(2) Tidak ada studi yang mengaitkan secara positif antara perubahan iklim yang teramati dengan sebab antropogenik
(3) Klaim apapun mengenai deteksi positif tentang perubahan iklim yang signifikan masih merupakan kontroversi sampai ketidakpastian di dalam variabilitas alam sistem iklim dapat dikurangi. Namun, pengaruh dari para politisi membuat IPCC menulis ulang ketiga pernyataan tadi menjadi satu pernyataan yang lebih singkat dan maknanya terbalik, yaitu “Keseimbangan bukti yang ada menyatakan bahwa terdapat pengaruh manusia yang terlihat pada perubahan iklim”.
Kemudian, muncul opini dalam benak Monckton bahwa kemungkinan IPCC bekerja pada suatu kasus (dalam konteks ini adalah perubahan iklim) dengan semangat politik terlepas dari fakta ilmiahnya. Pernyataan Chris Landsea selaras dengan opini Monckton tersebut. Untuk menarik perhatian publik, IPCC menyatakan bahwa salah satu dampak pemanasan global adalah pencairan es di Greenland. Ternyata, ada kesalahan pada salah satu dokumen IPCC yang isinya tentang laju peningkatan ketinggian muka laut akibat pencairan es. Ada sebuah jurnal ilmiah yang di satu sisi menyatakan bahwa pemanasan global dapat bersifat katastrofik (memusnahkan), namun di sisi lain juga menyatakan bahwa suhu rata-rata global yang meningkat sejak akhir abad ke-19 tidak berarti bahwa efek antropogenik pada sistem iklim telah teridentifikasi. Pada tahun 1988, Hansen memberikan prediksi suhu rata-rata global di masa mendatang (setelah tahun 1988) jika penambahan CO2 ke atmosfer tidak dikurangi. Kenyataannya, tetap terjadi kenaikan suhu rata-rata global, namun dengan laju yang jauh lebih rendah daripada yang diprediksi oleh Hansen.
Laporan IPCC pada tahun 1990 menyatakan bahwa ada periode hangat Medieval (Medieval Warm Period) MWP) dari abad ke-11 sampai ke-14. Saat MWP dulu, suhu rata-rata global melebihi saat ini sehingga bangsa Viking pun dulu bisa melakukan pertanian di Greenland yang saat ini membeku. Setelah MWP, terjadi zaman es kecil, lalu diikuti tren penghangatan hingga masa kini. Namun, laporan IPCC pada tahun 2001 justru tidak menyatakan adanya MWP pada abad ke-11 sampai ke-14. Perbedaan laporan antara tahun 1990 dan 2001 tersebut muncul karena pada laporan tahun 2001, program di komputer milik IPCC diset sedemikian sehingga pada grafik terlihat peningkatan suhu rata-rata global. Padahal, beberapa penelitian (dari lubang bor, studi isotop di Pegunungan Alpen, sedimen dari dasar danau di Antarktika dan Cina, foraminifera di Laut Arab, dll) menunjukkan adanya MWP pada abad ke-11 sampai ke-14. Karena dulu ada MWP (dengan suhu rata-rata global 3 derajat celcius lebih tinggi dari saat ini), dapat disimpulkan bahwa suhu rata-rata global saat ini tidaklah luar biasa, alamlah yang menyebabkan adanya MWP, tidak ada bencana iklim selama MWP, dan kemungkinan alam yang sebagian besar menyebabkan penghangatan di masa kini. “Alam” yang dimaksud di sini adalah Matahari.
Level aktivitas Matahari pada 70 tahun terakhir ini dapat dikatakan luar biasa. Waktu di masa lampau yang juga sempat mengalami aktivitas Matahari setinggi sekarang ini adalah 8.000 tahun yang lalu. Antara data konsentrasi CO2 dengan suhu rata-rata global untuk tahun 1880 – 1980 tidak sinkron. Di saat konsentrasi CO2 terus meningkat secara logaritmik, suhu rata-rata global malah berfluktuasi (naik dan turun) meskipun trennya meningkat. Jika memang peningkatan konsentrasi CO2 dapat meningkatkan suhu rata-rata global, maka seharusnya suhu rata-rata global pada tahun 1880 – 1980 juga naik secara terus menerus (tidak berfluktuasi). Pada tahun 1700 – 2000, terlihat grafik yang cukup sinkron antara aktivitas Matahari dengan suhu rata-rata global. Sejak tahun 1715, terjadi peningkatan aktivitas Matahari. IAU (International Astronomical Union) mengadakan simposium pada tahun 2004 yang menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: perubahan aktivitas Matahari menyebabkan terjadinya mayoritas perubahan iklim, siklus aktivitas Matahari terjadi selama 11, 80, dan 200 tahun, matahari menyebabkan pemanasan global di masa kini, serta pemanasan global di masa kini bersifat normal dan akan segera berakhir.
Dengan perhitungan menggunakan Hukum Stefan-Boltzmann, peningkatan konsentrasi CO2 sebanyak 2 kali lipat menyebabkan peningkatan sebesar 1,60C pada suhu rata-rata global. Dari perhitungan IPCC, dihasilkan bahwa peningkatan konsentrasi CO2 yang sama menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global sebesar 30C. Di bawah ini ada 8 hal yang membatasi pada CO2 sebagai penyebab perubahan suhu rata-rata global, yaitu: (1) CO2 bertambah sangat sedikit ke dalam udara (dari tahun 1750 ke 2007 hanya bertambah 0,01 % (dari 0,03 % ke 0,04 %))
(2) CO2 mempunyai sedikit pita absorpsi yang utama
(3) Di permukaan, uap air lebih mendominasi daripada CO2
(4) Efek radiatif CO2 berkurang seiring dengan peningkatan konsentrasinya di atmosfer
(5) CO2 tidak potensial (efeknya hanya 1/23 dari efek CH4)
(6) Tidak ada hot spot pada troposfer menengah di daerah tropis
7) Waktu tinggal CO2 di atmosfer relatif pendek (2 – 15 tahun menurut berbagai ilmuwan, sedangkan menurut IPCC 50 – 200 tahun)
8) Hubungan antara konsentrasi CO2 dengan suhu rata-rata global tidak sinkron.
Selanjutnya, Monckton menampilkan beberapa kesalahan Al Gore mengenai pemanasan global berpotensi menimbulkan krisis global di film “An Inconvenient Truth”, antara lain:
1) Saat konsentrasi CO2 di atmosfer bertambah, suhu rata-rata global meningkat karena CO2 memerangkap lebih banyak panas dari Matahari (kenyataannya, peningkatan konsentrasi CO2 mengikuti adanya peningkatan suhu rata-rata global (bukan sebaliknya))
2) Akhir-akhir ini kita melihat banyak hurricane besar yang terjadi (kenyataannya, hurricane di Atlantik yang sampai ke daratan tetap jumlahnya
3) Jepang mengalami taifun paling banyak sepanjang sejarah (kenyataannya, justru terjadi penurunan jumlah taifun yang terjadi di Pasifik) 
4) Muncul peringatan bahwa hurricane akan menjadi lebih kuat (kenyataannya, tidak ada tren yang mendukung)  
5) Asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menanggulangi dampak cuaca ekstrem akan meningkat (kenyataannya, kerugian harta benda akibat hurricane di AS fluktuatif) 
6) Terjadi peningkatan akumulasi panas di kutub utara (kenyataannya, Arktik lebih hangat pada tahun 1940-an dibanding saat ini) 
7) Studi ilmiah menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya mereka menemukan beruang kutub yang tenggelam setelah berenang sejauh 60 mil untuk mencari es (kenyataannya, hanya 4 beruang kutub yang mati (itupun karena badai yang menyebabkan gelombang tinggi di laut))
8) Tubuh es di Antarktika Barat lebih stabil daripada tubuh es di Greenland yang ukurannya hampir sama (kenyataannya, lapisan es di Greenland tumbuh 2 inci per tahun) 
9) Dampak pemanasan global yang mulai terlihat adalah berkurangnya salju di puncak Gunung Kilimanjaro dalam jangka waktu 30 tahun (kenyataannya, di puncak Gunung Kilimanjaro suhu udara rata-rata bulanan relatif konstan sebesar -7,10C dan suhu udara tidak pernah naik melebihi titik beku)   
10) Terjadi kemunduran gletser di pegunungan (kenyataannya, kemunduran gletser telah terjadi sejak tahun 1820 (sebelum penggunaan bahan bakar fosil)) 
11) Danau Chad yang dulunya merupakan salah satu danau terbesar di dunia kini hampir mengering hanya dalam beberapa dekade (kenyataannya, Danau Chad juga pernah mengering pada tahun 8500, 5500, 2000, dan 100 SM) 
12) Terjadi perluasan Gurun Sahara (kenyataannya, luas Gurun Sahara justru berkurang 300.000 km2 oleh vegetasi) 
13) Lapisan es di Antarktika Barat menipis (kenyataannya, yang terjadi justru penebalan es di Antarktika Barat) 
14) Warga di negara-negara Pasifik harus mengevakuasi diri ke Selandia Baru (kenyataannya, tidak ada warga Pasifik yang mengevakuasi diri ke Selandia Baru karena tidak terjadi kenaikan muka laut)   
15) Penyakit Malaria (akibat nyamuk) akan ditemukan di ketinggian (di atas permukaan laut) yang lebih tinggi karena menghangatnya iklim (kenyataannya, kasus Malaria ditemukan di ketinggian yang lebih rendah) 
16) Jika es di Antarktika Barat mencair seluruhnya, maka akan terjadi kenaikan muka laut sebesar 20 kaki (kenyataannya, kenaikan muka laut tertinggi yang mungkin terjadi adalah 43 – 92 cm).
               

PRO / KONTRA PENULIS TERHADAP ISU PERUBAHAN IKLIM

Dari apa yang telah saya pelajari sejauh ini (melalui film, artikel, jurnal ilmiah, dan buku), saya cenderung tidak setuju atau kontra dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini. Perubahan iklim yang saat ini menjadi perhatian banyak kalangan adalah pemanasan global. Banyak data dari berbagai sumber yang menunjukkan adanya peningkatan suhu rata-rata global dalam beberapa dekade terakhir ini. Yang menjadi perhatian bagi saya di essay ini adalah kenyataan sebenarnya tentang sejarah peningkatan suhu rata-rata global di planet Bumi sejak dahulu yang sekarang disebut dengan fenomena global warming serta  bagaimana cara menyikapi perubahan iklim dengan bijaksana.
Pemanasan global pada abad ke-20 sebanyak 1-1,4 ° F masih dalam range fluktuasi +/- 5 ° F pada 3.000 tahun terakhir. Sebuah studi tahun 2003 oleh para peneliti di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menunjukkan bahwa suhu pada tahun  1000-1100 AD (sebelum penggunaan bahan bakar fosil)  ternyata sebanding dengan tahun 1900-1990. Hal ini menunjukkan bahwa pemanasan dan pendinginan temperatur di Bumi telah terjadi jauh sebelum era industrial. Contohnya kini Greenland yang dikenal dingin dan beku ribuan tahun lalu merupakan pulau yang diselimuti padang rumput yang menunjukan pendinginan di Bumi. Pemanasan juga pernah terjadi saat mencairnya sebagian besar es di kutub pada Ice Age ribuan tahun lalu. Selain itu, isu yang dibahas pada pemanasan global adalah pencairan kutub. Ternyata, visualisasi pencairan kutub yang selama ini muncul di berita tidaklah lengkap, yang terjadi adalah anomali dimana luas es di lautan Arktik menyusut namun di sisi lain area es di lautan Antartika meluas setiap bulannya pada 35 tahun terakhir sehingga jumlah total es di kedua kutub Bumi sebenarnya cenderung konstan.



























Dengan demikian, kita tidak perlu terlalu mengkhawatirkan dampak perubahan iklim di masa mendatang. Lagipula, penyebab perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini saya rasa masih belum jelas. Greenhouse gasses atau gas rumah kaca seperti karbon dan methana pun sejak dahulu telah ada yang  disebabkan oleh fenomena natural seperti aktivitas vulkanik, tanaman, dan perut sapi. Dampak perubahan iklim tidaklah separah yang diperkirakan oleh beberapa kalangan saat ini. Penjelasan pada paragraf sebelumnya semakin meyakinkan saya bahwa perubahan iklim sangat sulit untuk diperlambat atau bahkan dihentikan karena ini merupakan bagian dari proses natural Bumi. Biaya yang dikeluarkan untuk memperlambat atau bahkan menghentikan perubahan iklim sangat besar dibandingkan dengan kerugian yang akan ditimbulkannya. Jadi, yang perlu kita lakukan untuk menghadapi perubahan iklim adalah bersikap sewajarnya, tidak mencemari lingkungan, dan tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan. Meskipun tidak ada lagi alasan untuk mengurangi laju pemanasan global, kita juga perlu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil di bidang transportasi dan manufaktur dengan alasan bahwa ketersediaan bahan bakar fosil di alam terbatas dan terus berkurang, serta untuk mengurangi tingkat polusi udara demi kualitas udara dan air yang lebih baik.











Sumber Jurnal dan Paper :
Anders Moberg, PhD, et al., "Highly Variable Northern Hemisphere Temperatures Reconstructed From Low and High Resolution Proxy Data" , Nature, Feb. 2005
 Arthur B. Robinson, PhD, et al., "Environmental Effects of Increased Atmospheric Carbon Dioxide" . 2007

Willie Soon, PhD, and Sallie Baliunas, PhD, "Proxy Climatic and Environmental Changes of the Past 1000 Years" . 2003